Guru di MAN 4 Sleman Triyanto yang menyang disabilitas. DOK Kemenag
Guru di MAN 4 Sleman Triyanto yang menyang disabilitas. DOK Kemenag

Menyandang Tunanetra, Triyanto Justru Jadi Pelita di MAN 4 Sleman

Renatha Swasty • 25 November 2022 10:33
Jakarta: Keterbatasan fisik tak membuat Triyanto berdiam diri. Dia justru menjadi pelita untuk anak-anak di MAN 4 Sleman.
 
“Bapak Ibu sekalian mungkin heran mengapa saya harus diantar di tempat ini, karena terang benderangnya ruangan ini tak berarti apa-apa bagi saya. Karena saya seorang tunanetra sejak usia 7 tahun," kata Triyanto di hadapan finalis Anugerah Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah Tahun 2022 dikutip dari laman kemenag.go.id, Jumat, 25 November 2022.
 
Sejak 2009, dia mengabdi menjadi guru di SLB selama 10 tahun. Pada 2019, dia ditetapkan menjadi ASN dan ditempatkan di MAN 4 Sleman sebagai guru Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).

"Pastinya banyak suka duka, namun keadaan inilah yang membuat saya bisa berdiri di tempat ini,” kata dia.
 
Jarak dari rumah ke madrasah cukup jauh, sekitar 35 km. Artinya, dia harus menempuh 70 km untuk pergi pulang mengajar. 
 
Triyanto yakin dedikasi dan semangat dalam mengajar itu mengantarkan dirinya menjadi finalis Guru Berdedikatif pada Anugerah GTK Madrasah Tahun 2022 tingkat Nasional.
 
Dia mengaku motivasi mengikuti Anugerah GTK Madrasah 2022 karena semua manusia memiliki hak dan kemampuan yang sama. Ketika orang lain menyampaikan pendapat, menyampaikan yang dirasakan, dia juga bisa demikian.
 
"Yang kedua, saya ingin banyak bergaul dengan guru atau teman-teman dari lain daerah. Dengan silaturahmi ini akan menambah wawasan dan memperkaya khazanah pengetahuan saya terutama mengenai adanya perbedaan toleransi dan sebagainya," ujar dia.
 
"Pengetahuan dapat kita peroleh dari pergaulan yang luas dengan lapisan masyarakat dan segala macam perbedaan yang ada," tutur Triyanto.
 
Ketiga, dia berusaha membahagiakan orang tua dan anak istrinya. Triyanto menyebut mereka adalah orang-orang yang telah merawat dengan sepenuh hati dan menerima dirinya apa adanya tanpa memandang kekurangan fisik yang ia miliki.
 
Triyanto bercerita sehari-hari, Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) selalu berjalan dengan baik. Apabila menjumpai siswa siswinya yang baru mengenalnya, dia memperkenalkan dan menyampaikan terlebih dahulu kondisi fisiknya.
 
"Di awal pertemuan, saya memberikan pemahaman kepada siswa tentang kondisi saya dan saya meyakinkan serta menyampaikan kepada siswa saya kalau kalian adalah anak yang baik dan akan mengikuti pelajaran saya dengan baik," beber dia.
 
Triyanto mengaku dukungan dan motivasi dari rekan guru dan siswanya turut serta menjadi suplemen dalam menjalankan tugas negara.
 
"Saya sangat nyaman dengan keluarga yang sudah terbentuk di MAN 4 Sleman. Apalagi gurunya juga sangat baik dan memahami kekurangan saya. Namun, saya juga mengakui kalau saya mudah beradaptasi di setiap lingkungan, sehingga meyakinkan diri saya sendiri telebih dahulu untuk mendapatkan kenyamanan itu," tutur Triyanto.
 
Baca juga: Kisah Haru 'Guru Perahu', Kembangkan Layar Antarkan Asa Belajar

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan