Isdiarto mengungkapkan pengalamannya selama mengajar dan menerapkan Kurikulum Merdeka di tempat tugasnya di SDN 26 Krui. Secara geografis, kata Isdiarto, wilayah sekolah kita berada di hutan kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBPS) dan diapit langsung Samudera Hindia.
Akses jalan menuju sekolah masih berupa jalan tanah yang ketika musim hujan berubah menjadi jalan berlumpur. "Lalu, kita harus menyusuri hutan TNBPS atau menyusuri pantai di waktu-waktu tertentu. Kita juga harus melalui lima muara untuk mencapai sekolah dan pada saat musim penghujan, beberapa jembatan tidak ada, luar biasa akses jalannya,” tutur Isdiarto dalam keterangannya, Sabtu, 12 November 2022.
Bercerita mengenai apa yang menjadi motivasinya untuk tergerak berprofesi sebagai guru dan mengajar di sekolah tersebut, Isdiarto menjawab, ia terenyuh dengan kondisi awal sekolah dan bagaimana semangat anak-anak untuk tetap belajar. Hal inilah yang membuat ia yakin dengan menjadi guru ia dapat memberikan sesuatu bagi pendidikan anak-anak bangsa.
“Saya tidak menyangka ternyata masih ada daerah seperti itu. Awal saya masuk, saya shock dan kaget, karena kondisinya sangat timpang dengan kondisi di perkotaan. Awal kita datang 2014, sekolah itu masih berdinding papan, lantai tanah, dan kondisi ala kadarnya. Tapi saya melihat peserta didiknya bersemangat dalam belajar, itulah yang menjadi motivasi saya,” terang Isdiarto.
Semangat anak-anak didik itu, kata Isdiarto, tampak dari kerelaan mereka untuk pergi ke sekolah untuk belajar meskipun menempuh jalan yang cukup jauh. “Ada yang naik turun gunung baru bisa sampai ke sekolah. Termasuk semangat guru-guru di sana, meskipun status mereka honorer, tapi mereka mampu dan bertahan untuk menjadi seorang pendidik. Jadi semangat anak didik dan kawan-kawan ini yang memotivasi saya,” pungkas Isdiarto.
Meningkatkan Kualitas Pendidikan
Isdiarto pun melihat bahwa program dari Kemendikbudristek, dalam kebijakan Merdeka Belajar, sangat membantu para guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan di daerah. Kebijakan tersebut menurutnya membuat guru-guru semangat untuk belajar karena mengajak mereka untuk mengubah pola pikir dalam menghadapi murid. Sebagaimana yang juga dirasakan Cucu Suryana (Guru SDN 3 Girimukti, Garut, Jawa Barat) dan dan Darmayanti Karmen (Guru SMAN 1 Maluku Tengah, Maluku).“Penerapan Kurikulum Merdeka sudah kita mulai dari setahun lalu dan sudah empat kelas yang mengimplementasikan. Dengan segala keterbatasan, pasti banyak kendala, tapi kendala itu menimbulkan semangat untuk terus mendukung kekurangan kami,” kata Isdiarto.
Darmayanti mengaku bahwa melalui Kurikulum Merdeka, ia dapat melihat potensi masing-masing anak. Dengan begitu, pola pikirnya menjadi lebih terbuka dalam melakukan terobosan-terobosan dalam pembelajaran.
Menurutnya, Platform Merdeka Mengajar adalah salah satu terobosan Kemendikbudristek yang luar biasa karena secara efektif dapat meningkatkan kemampuan pedagogik guru.
“Saya dulu gaptek, kini tidak gaptek lagi, bahkan sudah sampai dalam penerapan aksi nyata melalui Platform Merdeka mengajar. Saya juga sudah membuat komunitas untuk berbagi dan membantu teman-teman belajar,” ujar Darmayanti.
Ketiga guru ini menjadi narasumber dalam webinar Sapa GTK ke-9. Acara ini bertujuan untuk membahas isu-isu terkini dan program utama maupun pendukung program dan kali ini mengangkat tema “Semangat dan Perjuangan Guru Memajukan Pendidikan”, yang sejalan dengan peringatan Hari Guru Nasional (HGN) Tahun 2022.
Ketiga orang guru hebat ini menceritakan seputar pengalamannya mengajar di pelosok daerah di Indonesia dan pandangan mereka terhadap kebijakan Kemendikbudristek.
Direktur Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, dan Tenaga Kependidikan (KSPSTK), Ditjen GTK, Praptono dalam sambutannya memberikan apresiasi atas kolaborasi dan kesungguhan guru dan kepala sekolah dalam mendukung program Kemendikbudristek, khususnya kebijakan Merdeka Belajar.
Ia mengatakan, salah satu kebijakan strategis dalam Merdeka Belajar, yaitu Kurikulum Merdeka adalah pilihan terbaik untuk mengatasi persoalan pendidikan di Indonesia dalam rangka menghasilkan lulusan yang berkualitas. “Kurikulum Merdeka yang hadir dengan mengusung semangat kesederhanaan, fleksibilitas, dan kontekstual dalam pembelajaran harus bisa kita jalankan dengan optimal dengan sebaik-baiknya,” kata Praptono.
Optimalisasi kurikulum ini, menurut Praptono semata agar peserta didik di Indonesia dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan serta dapat mengembangkan potensinya sehingga Profil Pelajar Pancasila yang menjadi tujuan dari pendidikan nasional dapat terwujud.
“Untuk itulah kita membutuhkan guru-guru hebat di negeri ini. Guru yang mampu menampilkan lima karakter keunggulan yaitu kemandirian, berorientasi pada peserta didik, terbiasa dengan budaya refleksi, berinovasi, serta memiliki kematangan mental, moral, dan spiritual,” terang Praptono.
| Baca juga: Nadiem Kaget 144.561 Sekolah Terdaftar Implementasikan Kurikulum Merdeka |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id