Kompetisi tingkat internasional ini diselenggarakan oleh Scranton Women’s Leadership Center (SWLC) Seoul, Korea Selatan. Sebagai pemenang, Maria dan Apriani mendapatkan beasiswa Scranton selama satu tahun dan tambahan beasiswa sebesar USD 500.
Karya Maria yang berjudul “Preserving the Old Earth Through the Small Habits of the Youth” ini berisi tentang kebiasaan kecil yang ditanamkan sejak muda. Dalam esai yang dituliskan, Maria menceritakan kebiasaan masa kecilnya yang terbawa hingga saat ini seperti mematikan lampu, membuang sampah pada tempatnya, serta mengurangi penggunaan kertas.
Kebiasaan-kebiasaan kecil yang terlihat simpel namun jika dilakukan secara rutin dan menerus akan memberi dampak yang cukup besar bagi bumi yang sudah tua ini. “Saya ingin menyampaikan pesan melalui esai ini kepada semua orang terutama bagi para remaja untuk peduli dan melakukan kebiasaan-kebiasaan baik yang dapat merawat bumi ini,” tutur Maria.
Dalam proses pembuatan esai, Maria didampingi dan dibimbing oleh Drs. Jong Jek Siang, M.Sc. (Ketua Program Studi Sistem Informasi UKDW) dan Arida Susyetina, S.S., M.A. (Kepala Pusat Pelatihan Bahasa UKDW). “Saya sangat berterima kasih kepada Pak Siang dan Bu Arida yang telah membantu saya dalam proses pembuatan esai ini,” ungkapnya.
Sementara itu, Pdt. Apriani menulis esai berjudul “Theology in the Context of the Covid-19 Pandemic: Effort to Develop Theological Ethics in Relations Justice and Harmony with Nature”. Ia memilih tema ini berkait dengan konteks pandemi covid-19 yang sejak akhir tahun 2019 sampai sekarang masih menjadi persoalan yang dihadapi bersama.
"Ada banyak hipotesis dan analisis berkenaan dengan penyebab terjadinya pandemi ini, salah satunya adalah persoalan ekologis. Nah, inilah yang menjadi fokus esai saya berkenaan dengan tema besar yang diberikan SWLC,” ungkapnya.
Lewat esai tersebut, Apriani mau mengajak pembaca untuk memahami konteks pandemi ini sebagai upaya untuk berefleksi mengkritisi pandangan teologis yang diskriminatif terhadap alam yang menyebabkan sikap dan perilaku manusia yang tidak bertanggungjawab. Tulisan tersebut menawarkan pemahaman teologis yang menerapkan keadilan relasional dan keharmonisan dengan alam.
Dalam hal ini teologi setidaknya memiliki peranan untuk menjadi semangat serta inspirasi pembaharuan dan perdamaian yang berkeadilan sebagai ekspresi Iman Kristen, mampu menjelaskan landasan iman untuk bersikap baik, serta memelihara keharmonisan dengan alam. Manusia sebagai Imago Dei memaknai dirinya berharga, sama berharganya dengan alam dan ciptaan yang lain sehingga terjalin relasi yang adil dan harmonis dalam keutuhan ciptaan.
Baca juga: UKDW Terlibat Program SEROJA, Pengembangan Jamu Demi Dongrak Ekonomi Masyarakat Bantul
“Mari memaknai pandemi covid-19 ini sebagai ruang berefleksi yang menghasilkan aksi, khususnya tentang sikap dan perilaku kita terhadap alam dan ciptaan yang lain. Mari bersama kita wujudkan relasi keadilan dan keharmonisan dengan alam, mulai dari lingkungan keluarga, kampus dan komunitas terdekat kita,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News