ANTARA/Widodo S. Jusuf
ANTARA/Widodo S. Jusuf

PB PABBSI Tuntut Dukungan Pemerintah

26 Maret 2014 08:38
medcom.id, Jakarta: Meski angkat besi diakui sebagai salah satu cabang olahraga prioritas Indonesia dalam multiajang olahraga internasional, Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi dan Berat Seluruh Indonesia (PB PABBSI) belum merasakan dukungan optimal dari pemerintah, terutama dalam pemusatan latihan nasional (pelatnas) Asian Games 2014.
 
Manajer pelatnas Asian Games angkat besi Dirja Wihardja mengungkapkan, hingga kini, pihaknya belum juga menerima dana akomodasi untuk 14 lifter yang tergabung dalam pelatnas Asian Games 2014 yang tersebar di empat sentra latihan, yaitu Bali, Kalimantan Timur, Lampung, dan Jawa Barat.
 
"Untuk menalanginya kami terpaksa menggunakan dana sponsor dan karena kami latihan sejak pertengahan Januari, bonus dari Islamic Solidarity Games (ISG) untuk membiayai gaji pelatih asing," katanya ditemui di sela-sela pemberian bonus dari PT So Good Food kepada Eko Yuli Irawan dan Lukman, Selasa (25/3).

Keterlambatan dukungan dari pemerintah, juga menganggu program latihan pelatnas angkat besi. Salah satunya mengenai rencana latihan terpusat (training camp/TC) di China dan Korea Selatan yang rencananya akan dimulai pada Juli mendatang.
 
TC di dua negara itu, menurut Dirja, sangat penting untuk adaptasi lingkungan.
 
PB PABBSI juga mengagendakan uji coba pada Kejuaraan Dunia Junior di Kazan, Rusia pada Juni. Beberapa lifter wanita dalam pelatnas Asian Games 2014, masih berstatus sebagai atlet junior di antaranya adalah Sri Wahyuni di kelas 48 kg.
 
Dirja mengaku telah memberikan semua program latihan berupa proposal kepada Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas, "Tapi kelanjutannya hingga kini belum tahu karena belum ada balasan dari program yang diajukan."
 
Belum turunnya dukungan pemerintah, membuat lifter nasional, Eko Yuli Irawan memannfaatkan dana sendiri untuk menutup kebutuhan latihan yang diakuinya sangat beragam itu.
 
Dengan dukungan minim, peraih medali emas SEA Games 2013 Myanmar di kelas 62 kg itu, mengaku belum bisa melakukan angkatan optimal.
 
Eko mengungkapkan, persaingan di Asian Games sangat mirip dengan Olimpiade. Pasalnya, medali emas dan perak Olimpiade di kelas 62 kg yang diikuti Eko adalah lifter asal Korea Utara dan China.
 
"Jadi kalau dukungannya masih seperti SEA Games lalu, saya hanya berani targetkan raihan serupa seperti 2010," tutur Eko.
 
Sementara itu, atas prestasinya memecahkan rekor SEA Games pada SEA Games 2013 Myanmar, Eko mendapatkan bonus berupa uang tunai sebesar Rp200 Juta dari PT So Good Food.  Selain Eko, pelatih angkat besi nasional Lukman juga mendapatkan penghargaan serupa.
 
"Saya akan gunakan bonus ini untuk memenuhi kebutuhan latihan yang belum dipenuhi pemerintah. Seperti multivitamin yang lumayan banyak," tandas Eko. (Ghani Nurcahyadi)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(BAS)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan