Setelah melalui beberapa proses tahapan dan persiapan, akhirnya kejuaraan futsal antar klub se-Asia Tenggara ini resmi dipelopori Indonesia selama tiga hari, yakni 16-18 Januari. Dari sepuluh negara yang berada di regional ini berhak mendapat jatah masing-masing satu tim (putra dan putri) untuk berpartisipasi.
Sayangnya, ketika undangan dibagikan, respons yang didapat tidak terlalu menggembirakan. Pasalnya, hanya ada tiga negara saja yang secara resmi menjadi peserta turnamen, yakni Indonesia, Malaysia, dan Vietnam.
Sebelumnya, Australia sempat menyambut positif event ini. Namun, menjelang pelaksanaan mereka malah mundur dengan alasan kendala administrasi. Sementara itu, perwakilan Thailand yang sangat dinantikan malah tidak menggubris undangan tersebut. Sebagai ganti Australia, Indonesia pun diperkenankan menurunkan satu tim lagi baik untuk kategori pria maupun wanita.
Meski minim peserta, akhirnya turnamen tetap berjalan dan dilakukan dengan format pertandingan yang sederhana. Semua tim akan saling berhadapan (round robin), dimana tim yang memiliki poin terbanyak akan tampil sebagai juara.
Tak ada babak final dalam turnamen ini, setiap kemenangan berhak mendapatkan tiga poin, seri satu poin, dan yang kalah tidak mendapat poin sama sekali. Selisih gol tentu sangat berpengaruh besar dalam skema permainan seperti ini.
Menginjak hari pertama, sebagian besar jadwal pertandingan berjalan lancar dan tepat waktu. Namun, pada malam hari, ketika tim putra Libido FC dan Felda United saling bertarung malah ada momen memalukan.
Hujan deras yang mengguyur Senayan dan sekitarnya sempat mengganggu jalannya pertandingan karena membuat laga tertunda. Tetesan air tampak mengucur deras dari satu lubang atap gedung Istora dan baru selesai diperbaiki setelah memakan waktu sekitar 20 menit atau ketika hujan reda.
Setelah itu, akhirnya laga bisa dilanjutkan kembali dan berhasil dimenangkan Felda United dengan skor telak, 2-6. Menanggapi hasil ini, perwakilan kedua klub langsung berkomentar pedas terhadap kualitas penyelenggaraan event. Baik Pelatih Libido FC maupun Felda United sangat menyayangkan kualitas event ini karena belum memenuhi standar.
"Saya sangat menyayangkan event sebesar ini tidak disediakan scoring board. Padahal, itu sangat penting sekali dalam futsal untuk merotasi pemain. Kemudian, atap gedung juga sempat bocor tadi, hal itu tentu sangat mengganggu sekali. Pemain kami jadi dingin lagi karena terlalu lama menunda babak kedua," keluh Pelatih Libido FC, Arief Kurniawan pada jumpa pers seusai laga, Jumat 16 Januari malam WIB).
Sementara itu, pelatih Felda United, Zul'Azmi Bin Zulkifli yang berada di sebelah Arief juga mengamini pernyataan rivalnya tersebut. "Ya, saya setuju dengan masalah scoring board. Kami juga merasa terganggu," sambung Zul'azmi singkat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News