Eko turun di nomor 62 kg dan mencatat total angkatan 312 kg. Ia kalah dengan lifter asal Kolombia, Oscar Figueroa yang mampu melahap total angkatan 318 kg.
Ini merupakan medali ketiga Eko di ajang Olimpiade. Sebelumnya, ia meraih medali perunggu pada Olimpiade London 2012 dan Beijing 2008.
"Cukup puas karena bisa naik peringkat dari perunggu ke perak. Saya membawa misi mempertahankan tradisi meraih medali di Olimpiade 2016. Saya sudah berusaha yang terbaik. Saya akhirnya dapat perak. Tak kecewa meski tak mendapatkan emas," ujar Eko saat diwawancara Metrotvnews.com, Senin (15/8/2016).
Meraih medali perak sebetulnya cukup mengejutkan. Sebab, Eko datang ke Olimpiade 2016 dengan persiapan seadanya. Bahkan, ia sempat bergelut dengan cedera lutut.
"Persiapan kurang lama. Sebab saya mengalami cedera lutut dua bulan sebelum Olimpiade dimulai. Saya juga dihadapi dengan trauma saat pemulihan. Seharusnya saya masih butuh persiapan sekitar dua hingga tiga bulan lagi," cerita Eko.
"Cedera saya cukup parah. Bahkan, saya tak bisa jongkok saat latihan. Setelah sembuh, teknik juga berubah. Oleh karena itu, saya harus mengulang tekniknya dari awal lagi. Itu saya lakukan sambil menghilangkan trauma."
Kini, Eko berharap bisa mewujudkan target meraih medali emas pada Olimpade 2020 yang akan berlangsung di Jepang. Lifter berusia 27 tahun itu merasa Olimpiade empat tahun mendatang menjadi ajang yang tepat untuk menyudahi rasa penasaran meraih medali emas Olimpiade.
"Cita-cita itu saya belum tercapai. Saya akan berhenti dari Olimpiade setelah mendapatkan emas," tuturnya.
Eko menjadi salah satu atlet yang menyumbang medali untuk Indonesia di Olimpiade 2016. Satu medali lainnya dipersembahkan Sri Wahyuni dari cabang olahraga angkat besi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
