"Kita benar-benar memetik pelajaran yang sangat berharga bahwa di Olimpiade Tokyo ini banyak terjadi kejutan. Banyak (peserta) yang diunggulkan di awal tapi kemudian bahkan ada yang gugur di babak penyisihan. Itulah Olimpiade," ujar Zainudin.
Untuk itu, Zainudin menegaskan pemerintah akan menempatkan Olimpiade sebagai target utama, bukan lagi di level Asian Games maupun SEA Games. Target itu akan segera diusung dalam Grand Desain Olahraga Nasional yang tinggal menunggu payung hukumnya saja.
"Walaupun sekarang belum mulai karena kami sedang menunggu payung hukum. Mudah-mudahan sebentar lagi akan terbit yakni Perpres, artinya begitu ada Perpres berarti Grand Desain ini sudah mulai jalan," ujarnya.
Meski demikian, pihaknya sudah mulai mencoba untuk menerapkan ukuran-ukuran prestasi di olimpiade berdasarkan grand design dan juga perubahan paradigma bahwa kita menjadikan olimpiade sebagai sasaran utama.
"Kalau sebelum-sebelumnya kita sering mencampuradukkan antara prestasi di SEA Games, Asian Games dan Olimpiade. Sekarang dengan Grand Design Olahraga Nasional Olahraga atau Desain Besar Olahraga Nasional kita merubah paradigma itu," jelasnya.
Karena hal itu sesuatu yang baru, dan harus diambil sebagi tindaklanjut arahan Presiden Joko Widodo untuk melakukan review total terhadap ekosistem pembinaaan olahraga nasional, maka mau tidak mau hal tersebut harus dilakukan.
"Ini pasti kita terkaget-kaget, suatu perubahan yang sangat ekstrem. Tetapi kalau kita ingin mengejar ketertinggalan dan prestasi olahraga kita. Maka jalan ini harus kita lalui, blue print, peta jalan ini harus kita lakukan dengan segala konsekuensinya," ungkapnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, hitung-hitungan target yang dilakukan berdasarkan dengan olimpiade terakhir atau ditetapkan perbaikan target olimpiade Rio de Janeiro 2016.
Pada olimpiade Tokyo, Indonesia ditargetkan menempati urutan 40 atau perbaikan dari olimpiade Rio 2016 yang menempati urutan 46. Namun, hasil akhir Indonesia berada di urutan 55 dengan torehan lima medali yaitu satu emas, satu perak, dan tiga perunggu.
Perolehan tersebut sebetulnya menjadi perkembangan yang baik jika dilihat dari raihan di Olimpiade Rio 2016 yang hanya mendapatkan tiga medali yakni 1 emas dan 2 perak.
"Namun kenyataannya ada negara-negara yang saat di Brazil di Rio tidak mendapatkan medali bahkan peringkatnya jauh, sekarang mereka mendapatkan medali, ini yang akhirnya merubah posisi. Apakah kita melorot? Saya kira tidak karena kalau kita menggunakan ukuran medali kita malah bertambah,” katanya.
“Tetapi kita sudah mau berubah dengan menghitung ranking. Maka ini harus juga menyesuaikan. Ini sekaligus sebagai catatan buat NOC dan internal kami. Kita menghitung betul tentang situasi Olimpiade 2020 atau Olimpiade Tokyo. Akhirnya kita menyadari bahwa Desain Besar Olahraga Nasional harus segera jalan. Tidak ada pilihan lain buat kita. Karena kita akan menatap segera Olimpiade Paris 2024," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News