Apalagi ia bersama atlet lain telah datang lebih dulu di gedung Kemenpora pada pukul 08.00 WIB. Tapi, mereka diminta untuk menunggu atlet cabor sepak bola yang terlambat datang hingga lebih dari 30 menit.
Alhasil, Siman memilih meninggalkan acara yang masih berlangsung untuk pulang lebih dulu. Ditambah lagi timnas U-22 memimpin rombongan pawai dengan bus double decker, sedangkan atlet lain tergabung di bus karnaval yang disediakan Kemenpora.
"Kami merasa kok ada cabor yang terlalu dispesialkan. Kami merasa tidak dihargai, sudah datang awal sesuai waktu, disuruh menunggu," kata Siman.
"Kami sama-sama berjuang, kok. Kami juga sama-sama dapat medali. Kenapa seperti itu? Terus pas waktu berangkat kok terjadi kesenjangan yang jauh," keluhnya.
Hal itu tak lepas dari pawai besar-besaran untuk keberhasilan timnas sepak bola U-22 yang meraih emas SEA Games setelah 32 tahun puasa. Namun, Siman kecewa karena merasa ada cabor yang lebih layak mendapat perlakuan spesial karena menjadi juara umum.
"Jauh sekali perbedaanya. Jadi kita ngerasain kayak ini selebrasi buat satu cabor saja atau buat semuanya? Kenapa terjadi perbedaan? Kami berjuang bersama kan harusnya dipukul rata dong. Semua sama, harus sama," ungkapnya.
"Kami kan berjuang juga di SEA Games, tapi terjadi banyak perbedaan. Kami merasa sedikit tidak logis saja sebagai atlet. Bisa dibilang gak sportif lah jadinya," tutup Siman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News