Tim putra UIN Sunan Gunung Djati (UINSGD) Bandung dan tim putri Universitas Negeri Jakarta (UNJ) merayakan gelar juara Campus League 2025. (Foto: Dok. Campus League)
Tim putra UIN Sunan Gunung Djati (UINSGD) Bandung dan tim putri Universitas Negeri Jakarta (UNJ) merayakan gelar juara Campus League 2025. (Foto: Dok. Campus League)

Catat Prestasi Bersejarah! UINSGD dan UNJ Raih Juara Campus League Futsal The Nationals 2025

Alfa Mandalika • 07 Desember 2025 21:20
Jakarta: Persaingan sengit perebutan juara Campus League Futsal The Nationals 2025 resmi berakhir pada Minggu (7/12). Laga-laga penuh drama dan sarat ambisi diperlihatkan tim-tim terbaik dari Regional Jakarta dan Regional Yogyakarta.
 
Pada partai final, tim putra UIN Sunan Gunung Djati (UINSGD) Bandung akhirnya mengukuhkan diri sebagai juara setelah sukses menumbangkan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Sementara di sektor putri Universitas Negeri Jakarta (UNJ) berhasil mengunci gelar kampiun usai mengubur asa STKIP Pasundan Cimahi pada pertandingan puncak.
 
UINSGD sukses menorehkan sejarah sebagai juara season zero Campus League Futsal The Nationals 2025 yang berlangsung di FIKK GOR Universitas Negeri Jakarta (UNJ). UINSGD Tampil dominan dan mencatat kemenangan telak 3-0 atas UNY. Muhammad Revaldo Arkeisya menyumbang dua gol, sedangkan satu gol pemasti kemenangan tim asal Bandung tersebut diciptakan Muhammad Ihsan Ikhwansyah.
 
Ambisi menjadi juara di sektor putra diperlihatkan kedua tim sejak menit pertama bergulir dengan menampilkan permainan dengan intensitas dan tempo cepat. Namun, kualitas dan efektivitas yang diperlihatkan anak asuh Deden Zaini Muhibban membuat mereka bisa menyarangkan bola ke dalam gawang UNY pada menit ke-7, 12, dan 21 serta mengamankan trofi juara Campus League Futsal The Nationals 2025.

Pelatih UINSGD, Deden Zaini Muhibban mengatakan kemenangan telak 3-0 atas UNY di partai final menjadi bukti kematangan taktik dan mental timnya. Deden juga menekankan bahwa faktor utama kemenangan bukan hanya strategi, tetapi juga kekuatan mental dan ikatan emosional antar pemain. 
 
"Final itu bukan lagi soal taktik, tapi soal mentalitas. Ketika sudah di titik tertinggi seperti ini, hanya mental juara yang bisa membedakan hasil akhir. Kami tidak boleh cepat puas karena gelar juara nasional ini baru langkah awal. Tahun depan persaingan akan lebih ketat, jadi kita harus terus lapar dan memperbaiki diri. Saya akan bener-bener all out untuk mempertahankan pencapaian ini," ujar Deden.
 
Sebagai pencetak dua gol di laga final, Muhammad Revaldo Arkeisya tampil cemerlang untuk kemenangan UINSGD. Pemain muda ini mengaku bahwa kuncinya bukan sekadar latihan fisik, melainkan juga kepercayaan kepada pelatih serta terus berdoa. Bagi Revaldo, setiap pertandingan adalah bentuk tanggung jawab terhadap kepercayaan yang diberikan kepadanya oleh tim pelatih dan rekan-rekannya.
"Kunci dari permainan hari ini adalah kepercayaan. Saya percaya pada Coach Deden dan seluruh tim. Sebaliknya, mereka memberikan kepercayaan penuh kepada saya untuk tampil dan itu yang membuat saya berani bermain lepas. Bisa mencetak dua gol di final dan membawa tim juara adalah kehormatan besar. Tapi ini bukan tentang saya saja, ini kemenangan seluruh tim. Kami sudah seperti keluarga, satu semangat untuk kampus dan kebanggaan bersama," tutur Revaldo.
 
Sementara itu, pertandingan dramatis dan tensi tinggi terjadi di laga final putri. Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang hanya berstatus semifinalis di fase regional Jakarta, sukses membuat kejutan besar dengan mengalahkan STKIP Pasundan Cimahi skor 2-1. STKIP Pasundan yang notabene adalah juara regional Jakarta mengalami antiklimaks meskipun mampu memperlihatkan kualitas mereka dengan kembali tembus ke final The Nationals.
 
Partai puncak putri Campus League Futsal The Nationals 2025 sempat menjanjikan banyak gol setelah tercipta dua gol cepat pada menit pertama yang diciptakan sang kapten UNJ, Azra Zaifa Kayla. Sedangkan respons cepat ditunjukkan STKIP Pasundan karena mereka hanya butuh satu menit untuk membuat papan skor kembali imbang 1-1 yang ditorehkan Sarah Davi Aulia. 
 
Usai skor sama kuat, kedua tim sama-sama kesulitan untuk kembali menceploskan bola ke dalam gawang di sepanjang babak pertama dan babak kedua. Saat laga tampak akan berakhir dengan kedudukan imbang di waktu normal, UNJ berhasil membuat gol penentu kemenangan tepat satu menit sebelum wasit mengakhiri pertandingan yang dicetak Ade Flora Dwi Riyani. 
 
"Saya melihat ada banyak tembakan yang mengarah ke samping gawang, jadi saya coba untuk mengisi posisi tersebut. Akhirnya bola datang juga dan langsung saya sambar. Alhamdulillah bisa jadi gol kemenangan. Di UNJ saya masih berstatus mahasiswa baru, jadi semoga tahun depan saya masih bisa kembali memperkuat tim UNJ mempertahankan gelar juara tahun depan," kata Ade.
 
Pelatih UNJ, Nur Fitranto, menjelaskan bahwa pengalaman di tahap regional menjadi bahan evaluasi penting buat timnya. Meskipun UNJ tidak keluar sebagai juara di fase tersebut, mereka mempelajari pola permainan STKIP dari beberapa pertemuan sebelumnya. Ia mengakui titik balik keberhasilan tim datang di babak semifinal, ketika para pemain menunjukkan kesiapan mental luar biasa menghadapi tekanan. 
Adaptasi terhadap sistem permainan yang sudah akrab dengan sistem waktu bersih di fase regional juga menjadi keunggulan tersendiri bagi UNJ. 
 
"Kunci keberhasilan kami bisa menjadi juara ada di semifinal. Waktu itu saya lihat mental pemain sudah siap, apalagi kami sudah terbiasa dengan format waktu bersih dari turnamen di Jakarta. Dari situ saya bilang ke anak-anak, kalau fokus di sistem ini, insyaallah kita bisa juara," kata Nur.

Campus League Komitmen Bangun Ekosistem Olahraga Kampus

Campus League Futsal 2025 menjadi langkah awal penting dalam upaya membangun ekosistem olahraga kampus yang profesional di Indonesia. CEO Campus League Ryan Gozali menjelaskan ajang perdana ini sukses menghadirkan total 64 tim dari berbagai kampus, dengan tiga tahap kompetisi mulai dari playoff kota, regional di dua kota yaitu Yogyakarta dan Jakarta, hingga babak nasional. Meski keterbatasan waktu membuat pelaksanaan belum ideal, namun antusiasme peserta dan kualitas pertandingan menjadi indikator positif bagi pengembangan musim selanjutnya.
 
Menurut Ryan, Campus League akan memperluas jangkauan ke lebih banyak kota dan cabang olahraga. Tahun depan, setidaknya Bandung dan Surabaya juga akan bergabung sebagai tuan rumah tambahan, dengan kemungkinan ekspansi yang lebih luas. Ryan mengungkapkan pihaknya juga sedang mempersiapkan hingga sepuluh cabang olahraga untuk musim 2026, termasuk futsal, basket, dan badminton sebagai pilar sports yang siap digarap secara profesional.
 
"Campus League Futsal sudah berjalan di dua kota regional dan final nasional di Jakarta, tapi ini baru permulaan dari perjalanan panjang Campus League. Tahun depan minimal akan ada tambahan Bandung dan Surabaya, bahkan mungkin ada kejutan lain yang sedang kita siapkan. Kami sedang memfinalisasi sekitar sepuluh cabor untuk musim 2026, dan futsal, basket, serta badminton akan menjadi pilar kami," kata Ryan dalam jumpa pers usai pertandingan.
 
Ryan juga mengonfirmasi bahwa meski disebut “Season Zero”, seluruh pencapaian dan kemenangan tetap tercatat secara sejarah sebagai bentuk penghargaan bagi para peserta. Namun, sistem trofi resmi baru akan dimulai pada “Season 1” tahun depan, dengan rancangan piala bergilir yang akan mencatat nama juara hingga 30 tahun ke depan—sebuah simbol komitmen jangka panjang terhadap keberlanjutan liga ini. 
 
“Meski disebut Season Zero, juara dari sektor putra dan putri akan tetap masuk sejarah. Namun, piala resminya baru akan dimulai musim depan sebagai simbol tradisi yang berkelanjutan,” imbuhnya.
 
Dalam kesempatan yang sama Ketua Umum Federasi Futsal Indonesia (FFI), Michael Victor Sianipar menilai kehadiran Campus League sebagai langkah strategis dalam memperkuat ekosistem futsal nasional. Ia menyebut kompetisi antarkampus ini menjembatani kekosongan yang selama ini belum terisi, yakni jalur pengembangan pemain dari level mahasiswa menuju dunia profesional. Campus League, menurutnya, menjadi ajang penting untuk mengidentifikasi dan membina talenta muda dengan standar kompetisi yang tinggi.
 
Michael menyebut bahwa FFI saat ini tengah melakukan restrukturisasi besar terhadap sistem liga nasional. Dengan hadirnya Liga Pro, persiapan Liga 2, dan perombakan Liga Nusantara, dibutuhkan pasokan pemain yang matang secara teknis dan mental. Dalam konteks ini, kompetisi di level kampus menjadi salah satu sumber potensial bagi klub-klub profesional di masa depan. 
 
"Campus League hadir mengisi kekosongan yang selama ini ada, sebuah jembatan dari pemain kampus menuju level profesional. Dengan perubahan besar di ekosistem liga kita, kebutuhan pemain berkompetisi di jenjang yang lebih tinggi semakin mendesak. Kompetisi seperti ini menjadi peluang kami melihat langsung potensi pemain yang bisa memperkuat timnas. Tujuan akhirnya sederhana, yaitu memperkaya ekosistem futsal Indonesia dengan lebih banyak kompetisi dan kesempatan bagi para atlet untuk naik kelas," ujar Michael.
 

 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ASM)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan