Aksi suporter Timnas Indonesia saat mendukung TImnas U-22 yang berlaga di SEA Games 2017, Malaysia (Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Aksi suporter Timnas Indonesia saat mendukung TImnas U-22 yang berlaga di SEA Games 2017, Malaysia (Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)

Opini Sepak Bola Asian Games 2018

261 Juta Cinta bagi Merah-Putih

Arpan Rahman • 23 Agustus 2018 16:32
LEBIH dari 261 juta jiwa rakyat Indonesia menebarkan asa mengiringi langkah kaki kesebelasan kesayangan kita meraih kemenangan. Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, pada Jumat malam 24 Agustus 2018 menjadi ajang pembuktian. 
 
Saat-saat pernah kalah pun kita tetap bisa masih menegakkan kepala. Gelanggang di depan mata ialah pesta olahraga terbesar kedua -- setelah Olimpiade -- di dunia.
 
Patriot Garuda ditantang Uni Emirat Arab dalam 16 Besar di Asian Games 2018. Mampukah lawan yang menghadang kali ini kita libas? 

Gaya Keras, Jurus Ganas
Laiknya Palestina yang kita hadapi di penyisihan Grup A, UEA pun menampilkan permainan keras. Di tiga laga sebelumnya, mereka sebanyak 45 kali atau setiap pertandingan rerata 15 kali menebas.
 
Sedangkan Timnas U-23+ (tim nasional di bawah usia 23 tahun plus 3 pemain senior) rerata 11,25 kali melanggar lawan per pertandingan. Tapi rata-rata hanya sembilan kali dikasari dalam fase penyisihan! Maka, kita semua akan menyaksikan, janganlah gentar, Stefano Lilipaly dkk diusik lebih banyak gangguan.
 

Baca: Tim Paralayang Indonesia Kembali Sumbang Emas


Kontra Timor Leste, di mana UEA menang 4-1, malah pemain mereka yang lebih sering dipeluiti wasit, hingga 15 kali, karena aksi jegal. Tujuh pemain UEA saat itu beraksi nakal. Sementara untuk Timor Leste sendiri, hanya sembilan kali wasit memberi tendangan bebas kepada pemain UEA yang diganjal. Jelas kelihatan saudara muda kita itu tertekan secara mental.
 
Total ada 15 pemain UEA berpotensi mencederai musuh yang mereka hadang. Nomor punggung 6-Majid Salim yang paling garang. Berposisi gelandang bertahan, lima kali sudah pelanggaran dilakukan oleh pemain bertinggi 1,81 meter ini. Tiga kali terhadap penyerang Suriah dan diganjar kartu kuning, sisanya dua pemain Tiongkok dia curangi.
 
Adil Jeli, Jujur Teliti
Faktor wasit yang akan memimpin pertandingan butuh perhatian ekstra saksama dari segenap pemain kita. Menurut pengalaman, laga UEA cenderung diwasiti dengan secara samar-samar si pengadil memihak mereka.
 
Wasit Asimov Aziz (Uzbekistan) memang mengkartukuningkan Salim. Namun si pengadil luput menghitung bahwa duetnya di lini tengah UEA, 19-Mohamad Alattas, melanggar pemain Suriah lebih banyak, sampai empat kali, secara zalim.
 
Luputnya keadilan pemimpin pertandingan terjadi ketika UEA versus Timor Leste pula. Saat penyerang 27-Zayed Alameri mencegat secara licik lawannya empat kali dari menit ke-3, 7, 16, dan 56 tanpa wasit Nasrullo Kabirov (Tajikistan) memberi kartu merah. Bahkan Alameri mencetak dua gol di sana.
 
Wasit Timur Faizullin (Kirgistan) yang bertugas saat UEA bertemu Tiongkok tidak kalah meragukan. Nah, mengapa wasit yang ditunjuk dalam laga UEA semuanya berasal dari negara-negara pecahan Uni Soviyet, wahai kawan? 
 
Menariknya, wasit Asimov yang sebelumnya membiarkan Alattas menghantam-hancur pemain Suriah tanpa dikartu kuning atau merah, manakala memimpin laga Indonesia lawan Hong Kong, malah menghukum pemain kita empat kartu kuning! Bukankah rangkaian kejadian itu bisa menimbulkan pertanyaan miring?  
 
Sebaiknya ofisial Timnas U-23+ melobi panitia cabor sepak bola agar tidak menunjuk wasit asal salah satu negara pecahan Uni Soviet untuk memimpin kita di 16 Besar nanti. Tegaslah pada urusan ini! 
 
Jelaskan alasannya: wasit Uzbekistan, Tajikistan, dan Kirgistan sudah mengadili tiga pertandingan UEA di Grup C, baik lawan Suriah, Timor Leste maupun Tiongkok. Mari tunjukkan prinsip bahwa kita tak mau nilai-nilai sportivitas dinodai secara bengkok.
 
Hansamu Yama Pranata harus memimpin rekannya untuk berdialog lebih intens dengan korps baju hitam. Misalkan ada lawan bermain keras plus ganas menjurus kasar, wasit perlu diberi tahu supaya jujur dan adil, jangan hanya diam. Teliti, hitung baik-baik: berapa kali seorang pemain UEA menekel sementara wasit cuma bungkam.
 
Mulai Bertikai, Lalu Lunglai
Selain itu, dua bek nomor 4-Salem Alsharji, dan kapten kesebelasan 3-Ahmed Almehrzi, serta penyerang 27-Zayed Alameri sama-sama telah empat kali melibas seteru mereka. Masih ada setidaknya sepuluh pemain UEA lain yang doyan kontak fisik. Mereka tentu mudah dikelabui jika kita mengandalkan kepintaran taktik.  
 
Tapi muncul statistik menarik bahwa UEA tampak jeri meladeni lawan yang sama keras atau lebih ganas. Kiat bagaimana Suriah dan Tiongkok menaklukkan mereka (dengan skor 0-1 dan 1-2) patut dicontoh dengan pantas.
 
Suriah meladeni UEA sama kerasnya, tercatat kedua tim masing-masing 16 kali membuat pelanggaran. Tiongkok bahkan lebih ganas: 24 kali menghambat pemain UEA yang cemas, berbanding UEA sendiri 14 pelanggaran.
 

Baca juga: Tim Dayung Indonesia Sumbang Dua Medali


Catatan penting perlu disimak ketika UEA beruji coba dengan Malaysia U23 sebelum Asian Games 2018 dimulai. Kedua tim saling pukul di lapangan, singkatnya sungguh-sungguh bertikai. Saat itu, tuan rumah Tim Jiran menekuk UEA 0-2, tamu pun lunglai. 
 
Menurut kacamata Medcom.id, striker UEA, 24-Mohammed Almesmari patut diwaspadai sebagai pelaku serangan tunggal. Ancamannya biasa berkisar di menit 30-an, dari lima percobaan: upayanya tiga kali dimentahkan kiper dan dua sisanya melenceng gagal.
 
Pasukan Garuda Asia selaku tuan rumah harus menunjukkan dominasi. Bahwa kita ingin jadi tuan di rumah kita sendiri. Menjadi pemenang di Cikarang harga mati. Dan cinta dari 261 juta manusia Indonesia bersemayam di hati Timnas U-23+ yang gagah berani.
 
Tak ingin ketinggalan update berita bola dan olahraga? Follow instagram kami @medcom_olahraga
 
Video: ?Buka-bukaan Pesilat Ganda Putra Andalan Indonesia di Asian Games 2018

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ACF)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan