Atlet kelahiran Serang, Provinsi Banten, pada 17 Juni 2003 ini, sejak junior memang sudah memiliki prestasi luar biasa. Bakat yang menurun dari kedua orang tuanya.
Anak ketiga pasangan Mohammad Yasin-Yeni Rohaeni, memang lahir dari keluarga atlet angkat besi. Ayahnya Mohammad Yasin adalah mantan atlet angkat besi nasional dan memiliki prestasi di SEA Games rentang waktu 1983-1993.
Sementara sang ibu, Yeni Rohaeni, adalah lifter andalan Provinsi Banten. Praktis, Rizki Juniansyah, kecil sejak bayi sudah lekat dengan olahraga yang membutuhkan otot prima ini.
Saat menekuni angkat besi waktu duduk di kelas 4 Sekolah Dasar, Rizki yang mengikuti jejak orangtuanya langsung berprestasi di tingkat junior. Sederet gelar juara diraihnya. Mulai dari tingkat provinsi, nasional, dan internasional.
Gelar pertama yang diraihnya di tingkat junior adalah saat meraih medali emas Kejurnas Antar-PPLP 2017 dan medali emas Kejurnas PPLP 2018. Rizki juga sukses meraih medali pada Pekan Olahraga Daerah (Popda), Pekan Olahraga Provinsi (Porprov), dan Pekan Olahraga Nasional (PON) mewakili Banten.
Sejak dipanggil mewakili Indonesia di tingkat junior, prestasinya tak berhenti. Dimulai dari juara di Kejuaraan Dunia Junior 2021 dan 2022 kelas 73 kilogram, Rizki melengkapinya sebagai peraih medali emas di Piala Dunia 2024 yang digelar di Phuket, Thailand.
Prestasi Rizki semakin lengkap saat dikirim memperkuat Indonesia di Olimpiade Paris 2024 bersama sang idola, Eko Yuli Irawan (61 kg) dan lifter putri Nurul Akmal (+81 kg).
Berlangsung di South Paris Arena 6, Rizki mengangkat barbel seberat 155 kilogram pada angkatan snatch dan barbel seberat 199 kilogram pada angkatan clean and jerk. Dengan total angkatan 354 kilogram, Rizki berhak atas medali emas, sekaligus memecahkan rekor Olimpiade di angkatan clean and jerk.
Prestasi Rizki di cabor angkat besi, membuat tradisi medali Indonesia di Olimpiade tetap terjaga sejak Olimpiade 2008 Beijing. Bahkan, raihan medali emas lifter yang mengidolakan lifter Eko Yuli Irawan ini lebih baik dari pencapaiannya dari sang idola.
Eko Yuli adalah salah satu legenda Indonesia di angkat besi, Eko selalu meraih medali perunggu di Olimpiade 2008 dan 2012, Eko memperbaikinya dengan meraih medali perak di Olimpiade 2016 dan 2020. Di Olimpiade Paris, Eko yang juga mewakili Indonesia di kelas 61 kg harus kandas. Eko yang berusia 35 tahun, gagal di angkatan clean and jerk.
Keberhasilan Rizki meneruskan tradisi medali dari cabor angkat besi patut diapresiasi. Seperti kita ketahui, salah satu padepokan angkat besi di Lampung dari tampilannya dan penampakannya sangat sederhana. Padahal banyak lahir atlet berprestasi dunia dari sana. Nama-nama Sutrisno, Lisa Rumbewas, Jadi Setiadi, Sri Wahyuni Agustiani, Eko Yuli Irawan, Triyatno, adalah sejumlah atlet berprestasi dari Indonesia.
Sudah sepatutnya, Komite Olimpiade Indoensia (KOI) semakin fokus dengan sejumlah cabang yang sudah menggantikan posisinya dari cabor bulu tangkis, seperti panjat tebing dan angkat besi.
Di Olimpiade Paris 2024, hingga hari ke-13, Kamis 8 Agustus 2024, tiga atlet Indonesia sukses menyumbang medali. Dimulai dari Georgia Mariska Tunjung yang meraih perunggu di tunggal putri bulu tangkis, diikuti atlet panjat tebing Vedderiq Leonardo yang meraih medali emas di nomor speed putra.
Teranyar, Indonesia meraih emas lewat Rizki Juniansyah dari cabor angkat besi. Posisi Indonesia pun melesat ke peringkat 26 klasemen medali dengan 2 medali emas, 1 medali perunggu. Peluang menambah medali masih mungkin terjadi karena lifter putri Nurul Akmal yang tampil di kelas +81 kg belum tampil, semoga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
