Odekta menjadi yang tercepat melalui perjuangan berat melawan udara 37 derajat celsius di area situs warisan budaya Angkor Wat, Siem Reap, Sabtu 6 Mei. Pelari berdarah batak itu bahkan sempat terkapar saat melewati garis finis hingga harus diberikan oksigen dan dilarikan menggunakan ambulans untuk mendapat perawatan lebih lanjut.
"Odekta kepanasan. Tadi memang panas sekali, tapi saya terus memberi semangat agar dia bertahan. Alhamdulillah, hari ini kita kawinkan emas di maraton " kata pelatih maraton Indonesia, Wita Witarsa.
Cuaca panas menjadi salah satu yang diantisipasi oleh kontingen Indonesia sehingga mereka memutuskan tiba di Siem Reap lebih awal untuk aklimatisasi.
"Jauh-jauh hari, saya sudah mengantisipasi cuaca panas ini. Makanya kami tidak mencari rekor, yang penting emas," ujar Wita.
Wita melanjutkan, tekad Odekta untuk meraih emas sangat terlihat karena dia mampu mengatasi perlawanan sengit dari Christina Organiza Callasco asal Filipina sejak awal lomba.
Christina sempat memimpin saat start, tetapi Odekta terus menguntit dengan gigih. Memasuki kilometer 25, Odekta mulai melepaskan diri dari Christina hingga akhirnya ia mampu finis lebih dulu tanpa terkejar lawan-lawannya. (ANT)
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News