Logo PON 2024 Aceh-Sumut. (Foto: Situs resmi PON 2024)
Logo PON 2024 Aceh-Sumut. (Foto: Situs resmi PON 2024)

Profesor Unnes Sarankan Kemenpora Pegang Kendali PON Berikutnya

Kautsar Halim • 02 Oktober 2024 17:06
Jakarta: Profesor dari Universitas Negeri Semarang (Unnes), Tandiyo, berharap pergelaran Pekan Olahraga Nasional (PON) berikutnya dikendalikan oleh pemerintah pusat, khususnya Kementerian Olahraga (Kemenpora). Itu disampaikannya sebagai evaluasi penyelenggaraan PON XXI di Aceh dan Sumatera Utara. 
 
"Apabila PON berikutnya ada di NTB/NTT ada sisi positifnya karena mereka bisa belajar untuk menyelenggarakan multievent sebesar ini. Pemerintah pusat tidak boleh lepas karena menurut saya ada sisi positif, artinya SDM olahraga NTB dan NTT memiliki kesempatan besar untuk belajar. Namun, kendali sepenuhnya adalah dari Kemenpora," ucap Prof Tandiyo, Selasa (1/10/2024). 
 
Menurut Tandiyo, KONI memang bertanggung jawab atas penyelenggaraan PON. Namun, sumber pendanaan terbesar berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN).  

"Oke, itu KONI. Tetapi tetap, uangnya dari Kemenpora RI. Artinya, Kemenpora harus memegang kendali utama dan persiapannya tidak bisa kurang tiga bulan baru heboh. PON itu butuh waktu yang sangat panjang, untuk persiapan SDM," katanya. 
 
PON sejatinya juga menjadi ajang pembinaan atlet nasional dengan target Olimpiade. Sehingga, ada kesinambungan antara pembinaan di PON dengan event olahraga internasional. Oleh karena itu, Prof Tandiyo mengkritik masih banyak cabor Olimpiade yang tidak dipertandingkan pada PON 2024 Aceh-Sumut.
 
"Untuk cabor yang diperlombakan juga terlalu berlebih-lebihan dan super berlebihan. Lebih banyak cabang non-olympic daripada cabang Olympic itu sendiri. Sehingga PON sebagai mata rantai untuk ke Olympic jadi kurang pas," kata Prof Tandiyo.
 
Prof Tandiyo lantas memberi saran agar pemerintah mencari waktu khusus perlombaan tingkat nasional untuk cabor-cabor non-Olimpiade. Sehingga, PON bisa difokuskan untuk cabor yang dipertandingkan pada Olimpiade. Soal waktu penyelenggaraan PON, dinilainya sudah tepat digelar dalam empat tahun sekali, Kemudian, bukan masalah besar juga jika digelar berbarengan dengan tahun bergulirnya Olimpiade.
 
"Saya pribadi selalu mengemukakan bahwa PON itu cabor Olympic saja dan memang harus begitu. Cabor lain ya dipikirkan momentum lainnya. Jaraknya yang diatur, Olympic ini dibikin serius dan fasilitasnya keren. Kemudian cabor yang non-Olympic, dibuatkan semacam PON," ujar Prof Tandiyo.
 
"Untuk penyelenggaraan yang siklus 4 tahunan sudah pas, jangan bertambah dan jangan dikurangi. Balik lagi, tahunnya bersamaan dengan Olympic enggak apa-apa kalau PON itu sebagai mata rantai. Tahun ini PON, juara PON untuk sampai ke Olympic perlu proses yang artinya mereka yang juara PON belum berarti langsung ke Olympic," pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(KAH)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan