Menurut Hashimoto, terdapat klausul di kontrak antara Jepang sebagai tuan rumah dan Komite Olimpiade Internasional (IOC) yang mengatur soal jadwal penyelenggaraan.
Kontrak itu menyebutkan bahwa Olimpiade bisa digelar selama tahun ini. "Itu bisa ditafsirkan memungkinkan untuk penundaan," kata Hashimoto.
Menurut kesepakatan itu, keputusan untuk membatalkan Olimpiade ada di tangan IOC. Thomas Bach, Presiden IOC, menyatakan pihaknya bertekad untuk tetap menggelar Olimpiade sesuai jadwal sekalipun di tengah ancaman penyebaran virus korona, pekan lalu.
Hashimoto menyatakan pemerintah Jepang dan Tokyo, yang jadi kota penyelenggara, juga masih berkomitmen menuanrumahi pesta olahraga tersebut.
Jika Olimpiade dibatalkan, sudah pasti akan banyak pemangku kepentingan yang merugi karena telah mengeluarkan uang tidak sedikit. Selain tuan rumah, perusahaan yang menjadi sponsor hingga media yang telah diajak bekerja sama juga telah menggelontorkan miliaran dolar Amerika Serikat (AS) untuk Olimpiade tahun ini.
Jepang selaku penyelenggara, pada Desember tahun lalu mengungkapkan Olimpiade kali ini ditaksir menelan dana 1,35 triliun yen (Rp178,12 triliun), tetapi angka itu belum termasuk sekitar 3 miliar yen (Rp395 miliar) untuk pemindahan nomor maraton dan jalan cepat dari Tokyo ke Sapporo. Selain itu, pemerintah Jepang juga akan membayarkan sekitar 1,06 triliun yen (Rp139 triliun) yang kebanyakan untuk mendanai Stadion Nasional yang baru.
Olimpiade di Jepang juga sudah mencatat rekor pemasukan sponsor domestik lebih dari $3 miliar dolar (Rp42,7 triliun). Angka itu belum termasuk kemitraan dengan perusahaan-perusahaan asal Jepang.
Video: Pelatih Bulutangkis Indonesia Didik Atlet Jepang
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id