Suasana program Basketball for Good bersama komunitas tuna rungu. (Foto: Istimewa)
Suasana program Basketball for Good bersama komunitas tuna rungu. (Foto: Istimewa)

Jelang FIBA World Cup 2023

Kampanye FIBA World Cup 2023 Dilanjutkan bersama Komunitas Basket Tunarungu

Kautsar Halim • 30 Juli 2023 08:41
Jakarta: Program Youth Leader "Basketball for Good" yang menjadi bagian dari sosialisasi perhelatan FIBA World Cup 2023 terus berlanjut. Jika sebelumnya para youth leaders menyambangi Sekolah Dasar Negeri, kali ini mereka hadir bersama komunitas basket tunarungu dari Ranger Basketball di Lapangan Basket Sekolah Adik Irma, Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu 29 Juli. 
 
Para youth leaders ingin menggunakan bola basket sebagai alat untuk melakukan perubahan positif di masyarakat. Sehingga, para pencinta bola basket dari komunitas tunarungu juga bisa dikenal oleh masyarakat luas. 
 
"Jadi, ini bagian dari sosialisasi FIBA World Cup. Di mana kali ini, kami mengunjung salah satu akademi bola basket di kelas tunarungu. Tujuannya, agar infomasi terkait event besar FIBA World Cup 2023 yang bergulir di Indonesia bisa tersosialisasikan juga kepada mereka," kata salah satu youth leaders, Tamiang.

"Selain itu, kami juga mempromosikan program substainability yang mengangkat tema daur ulang sampah pada penyelenggaraan Piala Dunia di Jakarta," tambahnya. 
 
Ranger Basketball dipilih karena komunitas ini sudah berdiri lama, tetapi masih banyak masyarakat yang belum tahu. Selain itu, kegiatan ini dilakukan untuk memenuhi hak kaum disabilitas dalam berolahraga serta berprestasi yang menjadi kesetaraan bagi semua orang. 
 
Dua sesi digelar pada kunjungan kedua ini. Sesi pertama diikuti oleh sekitar 20 anak kelompok usia 9-12 tahun pada 07.30-09.00 WIB. Lalu, berlanjut dengan 12 anak kelas "deaf" pada pukul 09.15-10.00 WIB. 
 
Sama dengan kunjungan pertama di SD Menteng, para youth leaders juga memberikan coaching clinic yang mengajarkan bola basket dasar  dengan balutan permainan atraktif. Namun bedanya, pada sesi kelas tunarungu, penjelasan dilakukan dengan bahasa isyarat untuk menyesuaikan dengan kebutuhan para peserta. 
 
Tidak ada perbedaan materi latihan dan permainan yang diberikan kepada anak tunarungu dengan kelas KU. Gim 'recycle race' kembali diberikan, namun dengan sistem yang berbeda dengan peserta KU. 
 
Jika di peserta KU, para siswa dibagi dalam empat tim lalu mereka mengambil bola yang ditaruh di tengah-tengah lapangan dengan waktu terbatas. Pada sesi kelas tunarungu, mereka dibagi berpasangan. 
 
Setiap pasangan diberikan sebuah bola yang harus dioper ke sesama mereka setiap berpindah posisi. Ini bukan hanya pembelajaran bola basket dasar seperti passing dan latihan koordinasi, tetapi juga mengajak mereka untuk menjaga kebersihan sekitar setiap berpindah tempat.
 
Pada gim pertama ini, terlihat beberapa anak tunarungu masih bingung mengikuti perpindahan tempat sesuai dengan cone orange yang ditaruh di lapangan. Tapi, keseruan tidak berkurang. Justru sebaliknya mereka antusias dan senang karena saling bertabrakan saat berpindah tempat dan melakukan passing. 
 
Kemudian di permainan kedua, 'catch the team', semua anak diminta untuk melakukan dribbling sembari berkeliling lapangan. Kecuali satu anak yang tidak memegang bola, akan mengejar temannya. Jika ada temannya yang kena penjagaan atau blok, maka dia harus bergabung untuk melakukan defense. 
 
Sementara itu, peserta lain yang menggiring bola harus tetap menghindari penjagaan dengan tetap melakukan dribbling keliling. Hingga akhirnya peserta yang melakukan defense sudah tidak bisa lagi mengejar empat peserta lain yang bertahan. Permainan ini berjalan selama lima menit.
 
"Gim ke tiga, 'around the world'. Para peserta dari kelas ini dibagi dalam empat tim yang berisikan tiga pemain. Mereka memilih nama negara peserta FIBA World Cup 2023 sebagai nama timnya, yakni Indonesia, Spanyol, Jepang, dan Brasil. Karena jumlah peserta terbatas, maka kita mainkan 3x3 untuk shooting around the world ini," jelas Tamiang. 
 
Karena sudah menunjukkan antusiasme tinggi dan keinginan gigih untuk mencetak poin dalam kegiatan ini, maka semua peserta di kelas tunarungu ini mendapatkan hadiah berupa merchandise resmi Piala Dunia. "Senang bisa bermain dan berlatih bersama. Tidak ada kesulitan, karena para pelatih mengajar juga dengan bahasa isyarat," ujar Ezra sebagai salah satu peserta.
 
Program youth leader ini akan berlanjut di sekolah berikutnya pada pekan depan. Berbeda dengan dua rangkaian sebelumnya, pada kedatangan ketiga nanti mereka akan memberikan pelatihan di sekolah dasar yang tidak memiliki lapangan. Program yang menjadi alat untuk membantu masyarakat setempat ini akan bergulir hingga jelang FIBA World Cup dimulai nanti.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(KAH)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan