Namun menurut dia sedikit tak elok jika menuduh kemenangan Indonesia yang meraih 14 medali emas dari 16 nomor yang dipertandingkan adalah hasil kecurangan.
"Kritik yang diberikan mungkin karena atletnya belum berhasil tapi perlu disampaikan bahwa proses penilaian juri dan wasit dilakukan secara independen tanpa unsur intervensi dan pengaturan," ujarnya dalam Metro Pagi Primetime, Jumat, 31 Agustus 2018.
Imam mengatakan juri yang ditugaskan dalam pencak silat bukan berasal dari negara asal atlet melainkan dari federasi asia.
Bahkan dari 5 juri misalnya, yang memberikan angka tertinggi dan terendah langsung dicoret sehingga nilai akhir dari setiap nomor pertandingan pencak silat hanya akumulasi dari 3 juri saja.
"Kalau dikatakan tidak independen itu sikap emosianal saja yang ditunjukkan karena harapannya belum tercapai," ungkap Imam.
Bicara kecurangan, kata Imam, Indonesia juga merasakan hal yang sama saat pertandingan sepak bola melawan Uni Emirat Arab. Pun ketika Sea Games 2017 di Malaysia yang penuh dengan hal-hal yang tidak menyenangkan.
Namun sebagai negara yang menjunjung sportivitas, Indonesia tetap menerima dengan lapang dada apa pun hasil keputusan juri dalam final meskipun cenderung merugikan.
"Kita tetap bisa terima hasilnya sebagai wujud sportivitas, fair play, dan respect kepada juri dan negara yang menang," jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News