Peraih medali emas Olimpiade 2020 Tokyo Greysia Polii/Apriyani Rahayu (Dok. NOC Indonesia)
Peraih medali emas Olimpiade 2020 Tokyo Greysia Polii/Apriyani Rahayu (Dok. NOC Indonesia)

Atlet Berprestasi Di Olimpiade Harus Diberi Bonus Besar

Rendy Renuki H • 07 Agustus 2021 17:07
Jakarta: Indonesia patut berbangga diri atas raihan para atletnya di Olimpiade 2020 Tokyo. Meskipun tidak memberikan medali Amerika Serikat dan Tiongkok, tapi medali yang dibawa ke Tanah Air bukti Indonesia mampu bersaing di ajang internasional.
 
Mantan petinju Indonessia di Olimpiade 1984 Los Angeles yang sekarang menjabat Kepala Divisi Hubungan Internasional (Kadiv Hubinter) Polri, Irjen Pol Johni Asadoma, menyampaikan apresiasi tinggi kepada para atlet yang berlomba. Dia menilai atlet berprestasi sudah selayaknya mendapat hadiah yang besar.
 
"Bonus itu sesuatu yang wajar diberikan kepada atlet kita yang berprestasi," kata Asadoma kepada wartawan, Sabtu 7 Agustus 2021.

Mantan Ketua Persatuan Tinju Nasional (Pertina) itu menjelaskan, ada 3 alasan atlet berprestasi harus diberi bonus besar. Pertama sebagai penghargaan atas jerih payahnya. Sebab, mendapat medali di olimpiade butuh kerja keras, tekad, komitmen dan kecerdasan intelektual. 
 
Kedua, bonus besar bisa menjadi motivasi bagi para atlet nasional lainnya. Mereka akan sadar bahwa keberhasilan disebuah ajang bergengsi akan dihargai oleh pemerintah maupun swasta. Sehingga mereka akan berlomba-lomba menjadi juara.
 
"Kalau tidak dihargai malas lah atlet ini, orang tua tidak mendukung di olahraga. Orang tua lebih mendukung anaknya berkarir di seni, sinetron dan lain-lain, Ini kan bahaya. Tapi dengan penghargaan luar biasa, kemudian responnya luar biasa dari masyarakat ini betul-betul akan memotivasi," kata Asadoma.
 
"Filipina saja Rp11 M untuk 1 medali emas. Jangan pikir besarnya. Tapi kalau tdak ada Indonesia Raya berkumandang, Merah Putuh berkibar di sana (Olimpiade) malu kita, bangsa keempat terbesar penduduknya di dunia. Sekarang sudah juara kita berikan mereka bonus sebesar-besarnya, sebanyak-banyaknya," imbuhnya.
 
Alasan ketiga yakni, bonus besar bisa menjamin masa depan atlet. Sebagi mantan atlet Asadoma paham sekali jika pada masa lalu berkarir di olahraga tidak memberikan jaminan kesejahteraan hidup. Kondisi utu pula yang membuat Asadoma berhenti menjadi atlet tinju dan banting setir menjadi anggota Polri. Tak sedikit atlet nasional yang hidup miskin di hari tuanya. Kondisi ini tidak boleh dibiarkan agar tidak memperburuk dunia olahraga tanah air.
 
Kendati demikian, sebagai peraih medali emas kelas layang Sea Games 1983 di Singapura, Asadoma tak memungkiri memiliki kesedihan tersendiri. Sebab, sudah 4 kali Olimpiade, Indonesia tidak bisa mengirim atlet cabang tinju. Padahal negara tetangga Filipina bisa mencapai partai final di cabang tinju.
 
"Saya tuh tadi juga kagum dan bangga dengan Filipina, tapi saya juga sedih bagaimana mengangkat Indonesia itu butuh pekerjaan besar yang perlu dilakukan bersama-sama mulai dari tingkat Sasana, kabupaten/kota, pengurus provinsi sampai pusat," kata Asadoma. 
 
Peraih medali emas Piala Presiden 1984 itu beranggapan Indonesia memiliki banyak bibit unggul atlet tinju. Namun, butuh pembinaan yang baik dan dukungan finansial dari luar pemerintah agar bisa memajukan olahraga ini.
 
"Sebetulnya banyak (bibit unggul) terutama kelas-kelas bawah, kelas ringan, kelas bulu, kelas layang, kelas terbang di bawah 60 kg itu sebetulnya banyak bibit kita, kalau kelas di atas 60 itu kurang sekali karena postur kan," ucap Asadoma.
 
Munculkan Bibit Unggul Tinju, Pembinaan Di Daerah Harus Ditingkatkan
 
Perbaikan pembinaan harus dilakukan dari tingkat bawah. Mulai dari Sasana, kabupaten/kota, provinsi hingga pusat. Pembinaan di daerah memiliki peranan penting dalam pembentukan bibit atlet unggul. Karena, tingkat pusat hanya bertugas mematangkan atlet binaan dari daerah. Dengan cara mengirim atlet untuk berkompetisi di tingkat internasional.
 
Selain itu, butuh sokongan dana dari luar pemerintah untuk mensponsori calon atlet tinju. Sebab, anggaran pemerintah tidak akan cukup untuk mengurusi tinju. Mengingat masih banyak cabang olahraga lain yang juga membutuhkan dana operasional.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan