Paman Afridza, Bayu Aditiya. (Foto: Hendrik/Medcom.id)
Paman Afridza, Bayu Aditiya. (Foto: Hendrik/Medcom.id)

Keluarga Afridza Munandar Paham Risiko Jadi Pembalap

Hendrik Simorangkir • 04 November 2019 19:38
Tangerang: Afridza Munandar, pembalap muda asal Tasikmalaya, Jawa Barat, tewas saat mengikuti ajang Asia Talent Cup (ATC) di Sirkuit Sepang, Malaysia, Sabtu 2 November lalu. Kini, jasadnya telah tiba Tanah Air atau tepatnya di Terminal Kargo, Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang. 
 
"Jasad Afridza terbang dari Malaysia sekira pukul 13.00, baru tiba ini. Jenazah akan langsung dibawa dan disemayamkan di rumah duka di bilangan Jalan Sambong, Perumahan Aksa Jaya Blok D nomor 9, Kelurahan Sambong, Kecamatan Kawalu, Tasikmalaya, Jawa Barat," terang paman Afridza, Bayu Aditiya, Senin (4/11/2019).
 
Bayu menceritakan, pihak keluarga turut menyaksikan penampilan Afridza di layar kaca saat balapan berlangsung. Tapi, mereka belum mengetahui jika Afridza yang menjadi korban.

"Awalnya nobar (menonton bareng) sama keluarga di Tasik. Pas tikungan ada yang jatuh kita lihat sama-sama tapi belum tahu siapa," katanya. 
 
Bayu menjelaskan, pihak keluarga baru menyadari yang jatuh adalah Afridza setelah melihat helm yang dikenakan. Dari situ, semua yang nobar langsung kaget. 
 
"Awalnya kita enggak tahu kalau yang jatuh itu dia (Afridza) tapi pas disorot itu helmnya keponakan saya baru kami sadar itu Afridza. Kaget semua ya panik, karena jatuhnya cukup keras," ujarnya.
 
Menurut Bayu, keluarga tidak punya firasat apapun terkait insiden mematikan yang melibatkan pembalap berusia 20 tahun itu. Perasaan keluarga baru kurang enak saat melihat Afridza ditandu tim medis menuju helikopter untuk dibawa ke rumah sakit.
 
"Karena pihak sponsor sudah kasih tahu prosedurnya bagaimana. Jadi, saya tahu kalau pembalap dibawa helikopter itu tandanya sudah kritis untuk dibawa ke rumah sakit," tutur Bayu.
 
Bayu juga mengatakan, ibu korban yang bernama Sri Wedari Ersa baru menerima kabar buruk tentang anak pertamanya itu sekitar pukul 15.30 WIB. Spontan, dia langsung tidak sadarkan diri.
 
"Keluarga sudah tahu risiko sebagai pebalap memang tinggi  mengalami kecelakaan. Jadi, kami memang sudah menanggung risiko itu. Hanya ibunya saja yang sampai pingsan. Wajar, namanya juga anaknya," tutup Bayu.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(KAH)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan