Kans juara dunia diperebutkan oleh dua nama yakni Fransesco Bagnaia (Ducati) dengan Fabio Quartararo (Yamaha).
Meski begitu, Bagnaia jauh lebih berpeluang. Pasalnya pembalap berpaspor Italia tersebut saat ini unggul 23 angka dari Quartararo di klasemen sementara MotoGP.
Tertinggal 23 angka tentunya menjadi gap yang sangat besar. Maka dari itu, nyaris mustahil bagi Quartararo menjadi juara dunia.
Ia sangat membutuhkan keberuntungan karena mengemban misi wajib menang (P1). Selain itu, jika Quartararo menang di Valencia, Bagnaia minimal harus finish di posisi 15 ke bawah.
Hal tersebut sangat sulit terealisasi, pasalnya Bagnaia merupakan salah rider yang paling konsisten dengan performa motor yang sangat kompetitif.
Maka dari itu, satu-satunya momen agar Quartararo juara adalah memenangi balapan lalu Bagnaia terjatuh dan gagal finish.
Tragedi Rossi di tahun 2006 jadi motivasi Yamaha
Sementara itu, menanggapi peluang Quartararo di Valencia, bos Yamaha Lin Jarvis mengatakan kalau tidak ada yang tidak mungkin dalam sebuah balapan.
Jarvis bahkan mengingatkan semua orang soal tragedi Valentino Rossi di musim 2006 silam. Kala itu, the doctor yang sedang memimpin klasemen di seri terakhir Valencia, harus terjatuh dan gagal finish hingga gelar juara akhirnya menjadi milik Nicky Hayden.
"Kita tidak pernah tahu. Tentu kami harus memenangi balapan yang mana itu tidak mudah dan juga ada nasib yang berperan. Tapi di balapan ini semuanya bisa terjadi," kata Jarvis dikutip laman MotoGP.
"Saya ingat tahun 2006 kami di tim Camel Yamaha, Valentino di sana dan harusnya memenangi balapan. Tapi apa yang terjadi, Vale gagal dan Nicky yang menjadi juaranya," ungkap Jarvis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
