Dalam sambutannya, Erick menjelaskan bahwa jumlah pelatih di Indonesia saat ini masih jauh dari target ideal diangka 36.000 pelatih. Hal ini didasari perhitungan lebih dari 12.000 klub di seluruh negeri, dan satu klub biasanya di pegang oleh satu pelatih dan dua asisten pelatih. Namun kenyataannya, jumlah pelatih saat ini baru sekitar 15.000, meski sudah meningkat 49% dalam dua tahun terakhir.
"Ini belum termasuk Liga 1, Liga 2, dan Tim Nasional. Ekosistem ini yang sedang kita bangun. Dan itu butuh proses," ujar Erick dalam sambutan di National Coaching Conference 2025 di JIS, Jumat (18/7).
Konferensi ini juga menjadi momen penting untuk mendukung pelatih lokal agar tak tertinggal dalam hal kualitas dan lisensi. Erick menyebut bahwa PSSI telah memberikan dukungan ke ASPROV sebesar Rp500 juta per tahun, merupakan bantuan terbesar sepanjang sejarah PSSI. Sebagai gantinya, ia menekankan pentingnya seleksi pelatih yang transparan dan adil.
"Saya sudah minta ASPROV, seleksinya harus transparan. Jangan ada pelatih titipan. Kita harus pegang teguh integritas. Beri kesempatan yang sama kepada semua pemain," tegasnya.
Tak hanya itu, Erick juga mengingatkan soal integritas dalam pembinaan pemain. Ia melarang keras praktik "pemain titipan", karena dinilai bisa menghambat perkembangan talenta yang layak mendapat tempat. Ia mencontohkan pemain seperti Marcelino yang bisa berkembang bukan karena koneksi, melainkan karena kualitas.
Dalam konferensi ini, Erick juga mengajak seluruh elemen sepak bola—pemerintah, swasta, dan pelaku olahraga—untuk bersama-sama membangun ekosistem yang sehat, kompetitif, dan berkesinambungan. Harapannya, bukan hanya jumlah pelatih yang bertambah, tetapi juga kualitas sepak bola Indonesia yang terus meningkat dari level paling bawah hingga internasional. (Enrich Samuel)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News