Menurutnya, perubahan menuju lebih baik sudah seharusnya dan akan terjadi. Tapi Azrul mengimbau masyarakat, khususnya para Bonek--julukan suporter Persebaya agar tidak memperluas rasa amarah dan kekecewaan dalam suasana demonstrasi.
"Jangan sampai kita semakin memperluas rasa marah dan kekecewaan ini ke arah yang mengkhawatirkan: Yaitu membuat kita saling marah dan kecewa terhadap satu sama lain. Apalagi sampai saling menyakiti satu sama lain," ujar Azrul dalam keterangan resminya.
"Persebaya bersama suporternya, di dunia sepak bola Indonesia, merupakan simbol perjuangan menuju lebih baik. Bahkan bukan sekadar di dunia sepak bola. Mari kita jaga bersama itu. Mari kita saling menjaga satu sama lain," imbuhnya.
Baca juga: Laga Kontra Borneo FC Ditunda, Persib Gelar Laga Internal
Ricuhnya gelombang demonstrasi diketahui turut berpengaruh terhadap sepak bola Indonesia. Sebab, sudah ada tiga laga pekan keempat Super League 2025/2026 yang harus ditunda karena situasi kota penyelenggara yang tidak kondusif, termasuk pertemuan PSM Makassar dengan Persebaya Surabaya di Stadion Gelora B. J. Habibie, Parepare, Sulawesi Selatan, Minggu 31 Agustus.
Di Surabaya sendiri sempat tercipta gelombang demonstrasi yang cukup besar pada sehari lalu. Saat itu, ricuh antara masyarakat sipil dan aparat keamanan tak bisa dihindari, terlebih setelah adanya pembakaran serta penjarahan di Gedung Negara Grahadi atau kompleks rumah dinas Gubernur Jawa Timur.
"Insyaallah, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia akan menjadi lebih baik karena semua yang telah terjadi. Kita semua bisa segera kembali bersama di tribune, bernyanyi dan menari bersama merayakan kemenangan. Bukan sekadar kemenangan Persebaya, tapi juga kemenangan rakyat Indonesia! Salam Satu Nyali, Wani!" tutup Azrul.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News