Mental Baja Singapura
Setelah bermain imbang 1-1 di leg semifinal pertama, Indonesia datang di leg kedua dengan optimis tinggi. Hasil yang kurang baik di laga awal tersebut tentunya sudah di evaluasi oleh Shin tae-yong, terutama masalah stamina yang sudah terkuras karena padatnya jadwal pertandingan dari mulai babak penyisihan group. Sudah bisa dimainkannya Egy Maulana Vikry juga diyakini akan menambah daya gedor Skuad Garuda. Namun nyatanya, lagi-lagi, Singapura bukan lawan tempur yang mudah untuk ditaklukan.
Mentalitas anak asuh Tatsuma Yoshida ini layak diajungi dua jempol. Setelah tertinggal 1-0 di menit 11' oleh gol Ezra Wallian, bahkan harus kehilangan satu pemain di menjelang akhir babak pertama, mereka langsung menyamakan kedudukan di menit 45+4' oleh pemain naturalisasi asal Korea Selatan, Song Ui-young dengan memanfaatkan kemelut di depan gawang Indonesia.
Meskipun bermain dengan 10 pemain, Singapura masih bermain dengan tenang dalam menahan gempuran serangan dari Witan Sulaiman yang berkali-kali merepotkan barisan pertahanan Singapura. Drama semakin menjadi, Singapura lagi-lagi harus kehilangan pemainnya setelah Irfan Fandi mendapatkan kartu merah di menit ke-67’ akibat melakukan pelanggaran kepada Irfan Jaya.
Namun meskipun bermain dengan 9 orang, justru Singapura berhasil membalikkan kedudukan melalui tendangan bebas Shahdan Sulaeman di menit ke-74' setelah tendangan bebasnya berhasil dia tempatkan dengan baik ke pojok kanan atas Nadeo Argawinata. Berikutnya, setelah Pratama Arhan mencetak gol penyeimbang pada menit ke-87', lagi-lagi Singapura, dengan posisi kalah jauh jumlah pemain, memberikan ancaman yang menyebabkan wasit menunjuk titik putih namun beruntung masih bisa digagalkan oleh Nadeo Argawinata.
Sungguh ini sebuah ujian mental yang berat, kehilangan dua pemain dalam laga hidup mati yang sarat akan kontroversi, ditambah tekanan dan ekspektasi pendukung sendiri tentunya bukan perkara yang mudah. Namun 9 pemain Singapura tetap bermain dengan sangat baik. Mereka bisa menahan emosi dan kekecewaan terhadap beberapa kali keputusan wasit dan hakim garis yang dinilai merugikan tuan rumah.
Para pemain Singapura fokus bertahan dan melakukan serangan balik yang berbahaya. Justru para pemain Timnas yang sepertinya frustrasi untuk melakukan serangan dan panik saat menerima serangan balik Singapura. Meskipun kita unggul jumlah pemain, namun selama 90 menit laga berjalan malam itu, harus diakui, Singapura unggul secara mentalitas.
Bekal Final
Indonesia akan menghadapi pemenang antara Thailand vs Vietnam di laga final yang akan berlangsung dua leg pada tanggal 29 Desember 2021 dan 1 Januari 2022 mendatang. Meskipun di leg awal, secara mengejutkan Thailand harus unggul dengan skor 2-0, namun baik Thailand maupun Vietnam tentunya bukan lawan yang mudah.
Dari sisi permainan, jelas mereka di atas Singapura. Bahkan mereka masih jauh lebih diunggulkan dibanding Indonesia untuk meraih gelar juara Piala AFF 2020 ini. Namun apa yang ditunjukkan oleh Singapura pada babak semifinal merupakan pelajaran dan bekal berharga bagi kita.
Para pemain kita harus meniru mental baja Singapura agar kita bisa menyulitkan siapapun lawan yang kita hadapi nanti dan bahkan tidak menutup kemungkinan untuk meraih gelar juara AFF untuk pertama kalinya dalam sejarah.
(Dendi Permana, Diaspora Indonesia di Singapura, Pemerhati Sepakbola)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News