Usai laga terakhir, pemandangan kontras terjadi di mixed zone di Stadion 700th Anniversary, Chiang Mai, Thailand, Jumat (12/12/2025). Para pemain langsung masuk bus melewati wartawan tanpa sepatah kata. Manajer tim Sumardji, berjalan tertunduk dan menolak berkomentar meski dipanggil untuk diwawancarai.
Satu-satunya sosok yang berhenti, pelatih Indra Sjafri, meski hanya sekitar 20 detik. Dengan singkat ia berkata, “Saya minta maaf dan siap bertanggung jawab.” Kalimat pendek itu menjadi satu-satunya pernyataan terbuka dari pihak yang berada langsung di Thailand.
Sementara itu di Jakarta, Zainuddin Amali, Wakil Ketua Umum PSSI yang mendapat mandat sebagai penanggung jawab Timnas U22 SEA Games 2025, tidak berada di Thailand untuk mendampingi tim menjaga target emas yang ia canangkan. Alih-alih tampil di hadapan publik, Amali justru menyampaikan serangkaian alasan. Ia menyebut waktu pemusatan latihan (TC) yang singkat, berbeda dengan SEA Games 2023 yang disebut mencapai hampir tiga tahun, sebagai faktor penting kegagalan.
Ia juga menyatakan akan melakukan evaluasi, sembari mengakui bahwa target mempertahankan emas tersebut diucapkan karena mengikuti keyakinan pelatih. “Target itu karena pelatih yakin emas,” ujar Amali kepada media.
Pernyataan itu justru memantik kritik. Jika target emas ditetapkan hanya dengan mengikuti optimisme pelatih, tanpa review menyeluruh atas kesiapan tim, analisis kekuatan lawan, serta strategi dan taktik yang akan digunakan, maka target tersebut tanpa dasar perencanaan yang matang. Publik pun bertanya, di mana peran penanggung jawab dalam menguji dan mengoreksi target sebelum diumumkan ke masyarakat para pecinta sepakbola?
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News