Dalam edisi kedua Piala Tiger ini, Timnas Indonesia tidak pulang dengan tangan kosong. Skuat di edisi 1998 itu, berhasil meraih juara ketiga. Namun pencapaian tersebut terasa kelam dan sejarah akan terus dikenang sebagai kejadian paling kontroversial.
Pasalnya di laga terakhir penyisihan Grup A, Timnas Indonesia harus berhadapan dengan rivalnya, Timnas Thailand, pada 19 Agustus 1998. Untuk mengindari pertemuan dengan Vietnam, kedua tim mempertontonkan sepak bola gajah.
Bermain di Stadion Thong Nhat, Ho Chi Minh, Vietnam, pecinta sepak bola menjadi saksi atas kejadian kontroversial tersebut. Pertandingan awalnya berjalan baik, namun lama kelamaan dirasa kurang normal.
Timnas Indonesia dan Thailand yang sudah lolos ke semifinal, berniat mengindari Vietnam di laga selanjutnya jika memenangkan laga. Kedua tim seolah tidak ingin memenangkan duel yang sedang dilakoninya.
Timnas Thailand hanya membutuhkan hasil imbang agar skuatnya finish runner-up dan terhindar dari Vietnam. Sedangkan Timnas Indonesia butuh kekalahan agar tidak bertemu jawara Grup B, tuan rumah Vietnam.
Pada awal laga, Timnas Garuda yang melakukan rotasi terhadap beberapa pemain intinya, membuat pertandingan berjalan sangat membosankan.
Kedua tim seolah bermain tidak saling berkompetisi dan tidak memiliki gairah. Keduanya sama-sama tidak ingin meraih kemenangan. Padahal Timnas Indonesia kala itu menjadi tim yang produktif dengan sembilan gol dari dua pertandingan.
Pertandingan sempat berjalan cukup baik usai Miro Baldo Bento berhasil membawa Merah Putih mengungguli Thailand pada menit ke-53, dan kembali dibalas Krisada Piandit sepuluh menit berselang.
Aji Santoso yang didapuk sebagai kapten kala itu berhasil mencetak gol kedua Timnas Indonesia menit ke-83, dan tiga menit kemudian kembali dibalas Therdsak Chaiman.
Drama terjadi pada menit 83. Mursyid Effendi yang berposisi bek tengah membuat skor menjadi 3-2 untuk Thailand akibat gol bunuh dirinya. Terasa aneh, karena Mursyid yang mencetak gol ke gawang sendiri justru disambut rekan setimnya dengan tepuk tangan.
Di akhir laga, amarah publik pun memuncak. Kritikan hingga kecaman keluar dari masyarakat pecinta sepak bola di Indonesia. Bagi mereka, skuat Piala Tiger 1998 ini mencoreng nama baik persepakbolaan di Indonesia karena aksi kontroversial tersebut.
Masyarakat Vietnam ikut geram atas aksi kontroversial yang dilakukan. Mereka melakukan demonstrasi di Hotel Kimdo, tempat penggawa Garuda menginap. Seruan kala itu cukup keras terdengar dan meminta menteri olahraga Vietnam mengimbau AFC dan AFF agar pertandingan tersebut dibatalkan.
Apes dialami Timnas Indonesia dan Thailand. Keduanya kalah di laga semifinal. Timnas Singapura yang dianggap remeh justru keluar sebagai juara Piala Tiger edisi 1998. Di final Singapura mengalahkan Vietnam dengan skor tipis 1-0.
Di perebutan posisi ketiga, Timnas Indonesia yang kembali bertemu Thailand unggul tipis melalui adu penalti 5-4 setelah kedua tim bermain imbang 3-3 di waktu normal.
Karena kejadian tersebut, FIFA yang melakukan penyidikan lantas menjatuhi hukuman untuk pemain bertahan Timnas Indonesia Mursyid Effendi. Pemain Persebaya itu dilarang bermain seumur hidup pada kompetisi Internasional. Sementara Timnas Indonesia dan Thailand juga didenda sebesar USD40 ribu.
Ketum PSSI kala itu, Azwar Anas yang baru saja menyaksikan pertandingan dan turut mengundurkan diri seusai kembali ke Jakarta.
Melansir dari FourFourTwo, Mursyid Effendi mengaku jika dirinya menjadi korban yang dibela pada awal, namun dicampakkan dan dijadikan sebagai kambing hitam
“Menilik pengalaman saya di Vietnam waktu itu, semua komponen satu suara, setuju. Tak lama usai laga mereka masih memberi dukungan, siap bertanggung jawab,” kata Mursyid
"Maka saya masih baik-baik saja setelah pertandingan itu. Tapi, jarak sebulan semua cuci tangan. Saya yang menanggung cacian dan hujatan seumur hidup,” tutupnya. (Victor Rodam)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News