Kabar mengenai desakan mundur sebagai ketua umum PSSI terhadap Iriawan itu mendapat tanggapan dari pelatih Indonesia Shin Tae-yong. Ia menyatakan turut mengundurkan diri sebagai pelatih timnas jika Iriawan meletakkan jabatannya.
"Menurut saya, jika Ketua Umum PSSI harus bertanggung jawab atas semua yang terjadi dan mengundurkan diri, maka saya pun harus mengundurkan diri," tulis Shin dalam unggahan di akun Instragram pribadinya dikutip dari Antara pada Rabu, 13 Oktober 2022.
Bukan tanpa alasan Shin mengungkapkan hal tersebut. Ia menilai keputusannya ikut mundur sesuai dengan filosofi sepak bola yang dianutnya. Prinsipnya, yang terjadi dalam satu tim merupakan tanggung jawab semua anggota di dalamnya. Bukan hanya seorang saja.
Shin juga melontarkan dukungan terhadap Iriawan. Ia menilai purnawirawan perwira tinggi Polri tersebut merupakan sosok yang mencintai sepak bola Indonesia dan selalu memberikan dukungan penuh dari belakang.
"Sangat disayangkan nyatanya semua tanggung jawab dialihkan kepada Ketua Umum PSSI. Beliau telah mengembangkan sepak bola Indonesia secara keseluruhan. Dia pasti bisa mengatasi keadaan ini dengan baik," lanjutnya.
Berbelasungkawa untuk para korban Tragedi Kanjuruhan
Pada kesempatan itu, Shin juga mengucapkan belasungkawanya terhadap keluarga korban Tragedi Kanjuruhan. Mantan pelatih Timnas Korea Selatan itu berharap mereka bisa bangkit dari keterpurukan.
Baca: Gaji Shin Tae-yong Lebih Besar dari Pelatih Piala Dunia 2022? Berikut Daftar Rinciannya |
"Saya juga seorang suami dari istri dan seorang bapak dari dua anak. Saya ingin memberi harapan dengan mencapai prestasi di sepak bola yang disukai masyarakat," kata Shin.
Kronologi Tragedi Kanjuruhan
Kericuhan terjadi usai pertandingan antara Arema FC vs Persebaya Surabaya dalam lanjutan Liga 1 Indonesia 2022/2023, Sabtu, 1 Oktober 2022.
Insiden bermula saat ribuan suporter Aremania merangsek masuk ke area lapangan untuk meluapkan kekecewaan atas kekalahan tim kesayangannya dengan skor 2-3 dari Persebaya. Di sisi lain, pemain Persebaya langsung meninggalkan area stadion Kanjuruhan menggunakan empat mobil Polri berjenis Barracuda.
Ricuh suporter makin membesar ketika sejumlah flare dilemparkan, termasuk benda-benda lain. Petugas keamanan gabungan dari kepolisian dan TNI yang berusaha menghalau kalah jumlah hingga akhirnya menembakkan gas air mata, termasuk ke arah tribune.
Tembakan gas air mata membuat banyak suporter pingsan dan sulit bernafas. Setelah itu, para pendukung yang panik makin berdesakan keluar gerbang stadion tanpa memikirkan keselamatan yang lain dan jumlah tenaga medis yang disiagakan juga kalah banyak dengan korban di Stadion Kanjuruhan.
Kericuhan ini menimbulkan ratusan korban. Menurut laporan, 132 orang meninggal dunia akibat tragedi tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News