Pada laga tersebut, timnas Indonesia sejatinya mampu memberi perlawanan dan unggul lebih dulu lewat gol bunuh diri yang dicetak Ali Al Rida Ismail pada menit ke-84. Namun, Lebanon tetap bisa membalikkan keadan melalui gol Mohamed Mahdi Sabbah (menit ke-90) dan Mohammed Nasser (menit 90+6).
"Kami sebenarnya sudah mempersiapkan hal itu (iklim tropis di Indonesia), tapi nyatanya tetap kesulitan. Pemain kami kesulitan bermain di sini, di stadion ini, tapi ini pengalaman bagus," ucap Miguel pada konferensi pers seusai laga seperti dilansir Antara.
Selain masalah iklim tropis, Miguel juga menyatakan bahwa para pemainnya direpotkan pula dengan situasi jet lag akibat menempuh perjalanan jauh dari Lebanon. Dengan begitu, skuadnya jadi lebih mudah lelah dan tampak kesulitan mendapat peluang emas di sepanjang laga.
"Saya dan tim teknis merasa bahwa para pemain kelelahan, karena tidak mudah menciptakan masalah (untuk Indonesia). Kami juga butuh waktu 13 sampai 14 jam penerbangan untuk sampai ke sini. Tapi pada akhirnya, para pemain kami memang layak menang atas semua komitmen yang ditunjukkan," ucap pelatih asal Portugal tersebut.
Sementara itu, tidak banyak penonton yang menyaksikan pertandingan antara Indonesia vs Lebanon U-22. Namun, Miguel berpendapat bahwa laga tersebut tetap merupakan pengalaman bagus bagi para pemain dan dirinya sendiri.
"Untuk atmosfer stadion memang tidak terlalu penuh, tapi tetap bagus untuk pengalaman pemain dan saya sendiri. Saya rasa, orang Indonesia sangat menyukai sepak bola, dan seperti yang saya katakan pada konferensi pers prapertandingan, akan ada liga bagus di sini dalam sepuluh tahun mendatang," tutup pria berusia 38 tahun itu.
Lebanon akan kembali bertanding melawan timnas U-22 pada pertandingan uji coba kedua yang dijadwalkan bergulir pada waktu dan tempat yang sama, Minggu 16 April mendatang. (ANT)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News