Kurang dari satu bulan menuju pembukaan Piala Dunia yang rencananya akan digelar pada 20 November mendatang, Qatar terus mempersiapkan berbagai hal untuk mengakomodasi kebutuhan negara peserta dan juga para penggemar sepak bola yang akan berkunjung ke negara mereka.
Sayangnya, di tengah berbagai pekerjaan yang mereka lakukan untuk menciptakan Piala Dunia termahal dalam sejarah (biaya mencapai 6,84 miliar euro/Rp106 T), Qatar masih terus saja mendapat stigma negatif dari pemberitaan-pemberitaan yang beredar.
Qatar disebut-sebut telah melakukan pelanggaran HAM terhadap para pekerja migran yang mereka rekrut untuk membangun berbagai fasilitas seperti stadion dll. Mereka disebut membayar para pekerja migran tersebut dengan upah di bawah standar dan juga tidak memberikan tempat tinggal yang layak.
Dan Senin lalu, NGO sebuah LSM yang fokus memantau isu-isu HAM mengklaim bahwa aparat keamanan Qatar telah secara sewenang-wenang menangkap orang lesbian, gay, biseksual dan transgender, menjadikan mereka sasaran kekerasan dan perlakuan buruk dalam tahanan.
Peter Tatchell, seorang aktivis veteran asal Inggris diinterogasi oleh polisi setelah melakukan protes atas perlakuan negara tersebut terhadap komunitas LGBT di depan Museum Nasional Qatar, beberapa waktu lalu.
Menanggapi kritikan yang terus menghujani negaranya, Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani dengan tegas memberikan bantahan. Ia justru balik "menyerang" dan menduga ada motif-motif lain di balik "serangan" terhadap negaranya.
"Sejak kami mendapat kehormatan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022, Qatar telah menjadi target kampanye yang belum pernah terjadi sebelumnya yang tidak pernah diderita oleh negara tuan rumah lainnya," kata Emir Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani, pemimpin negara kecil Teluk itu seperti dilansir Euronews.
Lebih jauh, Sheikh Tamim juga memberikan tanggapannya terkait kabar yang menyebut pemerintah Qatar hanya membayar upah 1 euro per jam (Rp15.000) kepada para pekerja migran.
"Awalnya kami menangani masalah ini dengan itikad baik, dan kami bahkan menganggap bahwa kritik tertentu positif dan bermanfaat. Tetapi segera menjadi jelas bagi kami bahwa kampanye (kritikan) terus berlanjut, meluas, ada fitnah dan standar ganda, mencapai tingkat tanpa henti yang membuat banyak orang bertanya-tanya, sayangnya, tentang alasan dan motivasi sebenarnya dari kampanye ini," lanjutnya.
Terlepas dari pro-kontra yang mengiringi, Qatar tetap fokus mempersiapkan diri untuk memberikan kepuasan kepada para pengunjung yang datang selama perhelatan Piala Dunia, mulai 20 November hingga 18 Desember mendatang. Berbagai penyesuaian terkait budaya juga telah dilakukan pemerintah Qatar, salah satunya terkait izin mengonsumsi minuman beralkohol di mana para penggemar sepak bola diperbolehkan minum bir di area stadion yang sudah diberi label khusus.
Presiden FIFA Gianni Infantino juga cukup yakin bahwasanya gelaran Piala Dunia pertama di negara Arab bisa berlangsung dengan sukses. Pria berkepala plontos ini bahkan berani mengklaim bahwa Piala Dunia 2022 Qatar akan jadi "Piala Dunia terbaik yang pernah ada".
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News