The Maestro, julukan Rui Costa lahir di kota Amadora, Portugal. Bakat sepak bolanya sudah terlihat sejak dia berusia lima tahun. Adalah Esubio, legenda sepak bola Portugal yang menemukan bakatnya.
Rui Costa terus mengasah bakatnya hingga menembus skuat Benfica. Nama Rui Costa makin berkibar setelah memutuskan pindah ke Fiorentina pada 1994 -- 1995. Di sana, Rui Costa memang tidak mampu mempersembahkan gelar scudetto. Namun, dia mampu menjadi ikon publik Florence dengan mempersembahkan dua trofi Coppa Italia dan Piala Super Italia.
Tujuh musim berseragam Fiorentina, Rui Costa hijrah ke AC Milan. Bersama Rossoneri, Rui Costa akhirnya bisa merasakan gelar scudetto Serie A, Coppa Italia, Piala Super Italia, Liga Champions, dan Piala Super Eropa.
Kehadiran gelandang Kaka pada 2003 memang mengancam posisinya di Milan. Alhasil dia memutuskan kembali ke Benfica tiga musim selanjutnya.

Rui Costa (tengah). (Foto: AFP/Yuri Kadobnov)
Gaya bermain
Rui Costa adalah playmaker elegan di eranya. Mengenakan jersey bernomor 10, dia memainkan peran gelandang serang nan kreatif di belakang penyerang.Tidak berhenti di situ saja. Rui Costa bisa menjadi second striker hingga pemain sayap. Dia juga dikenal memiliki kecepatan, cerdas, dan pekerja keras. Skill menggiring bola, mengontrol bola dan juga assist menawan melekat pada diri Rui Costa.
Akurasi Rui Costa saat mengambil tendangan bebas dan penalti jangan diragukan lagi. Apalagi saat mengeksekusi bola dari luar kotak penalti.
Pencapaian prestasi
Rui Costa mengukir berbagai prestasi semasa aktif sebagai pesepak bola. Di Benfica dia berahasil juara Liga Portugal, lalu di Fiorentina dia mempersembahkan Coppa Italia dan Supercoppa Italia. Bersama AC milan, dari juara Liga Italia hingga Liga Champions berhasil diraih.Sedangkan di level timnas, dia sempat menjuarai FIFA U-20. Lalu dia juga nyaris mengantarkan Portugal juara Piala Eropa pada 2004. Sayang, Portugal harus kalah dari Yunani pada partai final.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News