Meski tampil mendominasi, namun pada kenyataannya hal itu tak cukup untuk mengantarkan Liverpool mengangkat trofi. Sebaliknya, Madrid yang hanya mengandalkan serangan balik mampu mencuri satu gol untuk mengamankan gelar ke-14 mereka.
Baca juga: Skema Pertahanan Tepat Jadi Kunci Kemenangan Madrid
Gol penentu Madrid dicetak Vinicius Junior pada menit ke-59 memanfaat umpan silang datar Federico Valverde dari skema serangan balik.
Kekalahan dari Madrid membuat juru taktik Liverpool, Juergen Klopp mendapatkan banyak pelajaran berharga. Liverpool memang dikenal sebagai salah satu tim dengan pola serangan paling mematikan, namun ternyata Madrid punya cara untuk meredam.

1. Klopp terlalu mengandalkan trio lini depan
Salah satu alasan, Liverpool gagal di final Liga Champions tahun ini adalah karena Juergen Klopp terlalu mengandalkan trio lini serang mereka antara lain Luis Diaz, Sadio Mane, dan Mo Salah.Mane dan Salah memang sama-sama mendapatkan peluang emas, namun penampilan kiper Thibaut Courtois menjadi membuat mereka frustasi. Dalam situasi trio penyerang mereka buntu, jelas Klopp membutuhkan pemain tengah yang mampu mencetak gol.
Liverpool bisa menjadikan Manchester City sebagai referensi untuk memperkuat tim mereka musim depan. Berbeda dengan Liverpool, City punya banyak gelandang dan pemain tengah yang mampu mencetak gol. Bahkan mayoritas gol City datang dari pemain lini kedua.
Sementara Liverpool memang memiliki trio lini serang yang tajam. Namun permainan mereka sudah dikenali oleh semua tim, dan lagi-lagi Ancelotti membuktikan strategi sederhana dengan cara mengunci trio penyerang Liverpool lalu memaksimalkan serangan balik sudah cukup untuk mengalahkan Liverpool.
Maka dari itu, Klopp harus punya variasi strategi untuk mencari gol lewat pemain tengah. Sehingga pemain tengah mereka tidak melulu fokus untuk menyuplai bola ke Mane ataupun Salah.
2. Terlalu percaya diri menyerang
Berdasarkan statistik, Liverpool mampu mendominasi permainan dengan 54 persen penguasaan bola dan punya 24 total tembakan di sepanjang laga, dan tidak satu pun menjadi gol.Laga final jelas berbeda dengan fase knock out dimainkan dua leg. Kesalahan Klopp adalah mereka terlalu percaya diri untuk menyerang habis-habisan sejak awal sehingga the Reds punya banyak celah di lini pertahanan.
Baca juga: Klopp: Sulit Terima Kekalahan dari Madrid
Klopp tentunya harus mempertimbangkan kalau laga final hanya berlangsung satu kali, dan setiap lawan mereka pastinya akan memanfaatkan sedikitpun keunggulan untuk menyudahi pertandingan.
Karena itu, jika mereka kembali berkesempatan bermain di laga final, manajer asal Jerman tersebut harus meminta pemainnya untuk bermain efektif dan tidak mengambil resiko kecolongan dari serangan balik.
3. Tidak ada penjagaan ekstra terhadap pemain kunci Real Madrid
Kepercayaan diri Juergen Klopp dengan strategi permainan Liverpool tentunya agak berlebihan di sebuah pertandingan final, apalagi lawan yang dihadapi adalah Real Madrid.Liverpool sama sekali tidak memberikan penjagaan ekstra kepada pemain kunci Real Madrid seperti Benzema, Modric, dan Vinicius. Mereka cenderung lebih fokus pada strategi dan skema permainan mereka sendiri.

Di sisi lain, Ancelotti justru sukses menginstruksikan anak asuhnya untuk mematikan pergerakan trio Liverpool seperti Luis Diaz, Mane, dan Salah. Alhasil pasukan merah buntu total dan Madrid berpesta dengan gol semata wayang yang berasal dari kontribusi pemain kunci Los Blancos.
"Mereka mencetak gol, kami tidak, itu penjelasan termudah di dunia sepak bola dan ini sulit, sulit menerimanya. Tapi tentu saja kami menghormati mereka," tegas Klopp.
Lebih lanjut, Klopp juga memuji penampilan Courtois yang dianggap sebagai pahlawan Real Madrid.
"Ketika kiper mereka menjadi pemain terbaik pertandingan, maka ada sesuatu yang salah dengan kami. Jadi kami pikir ada tiga peluang besar di mana Courtois melakukan penyelamatan gemilang," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News