Wacana itu memancing sejumlah protes dari tim pabrikan yang berlaga di F1, termasuk Honda. Mantan pimpinan proyek tim F1 Honda, Yusuke Hasegawa mengatakan aturan pembatasan mesin itu tidak masuk akal.
"Sangat berat. Bukan hanya bagi kami (Honda), Renault juga mengalami masalah sama. Saya pikir tidak masuk akal, sangat sulit dari sudut pandang teknis," ucap Hasegawa dilansir Motorsport.
Baca: Marquez Harus Kurangi Gaya Agresivitas jika Tak Mau Cedera
"Jika kami menurunkan performa (untuk menjaga kondisi mesin), hal ini mudah dilakukan. Kami bisa saja menggunakan 2.000rpm lebih rendah, tentu saja bisa finis, tapi tanpa hasil memadai," sambungnya.
Ia juga berpendapat jika aturan pembatasan tiga mesin tersebut akan menguntungkan tim pabrikan besar macam Mercedes dan Ferrari. Namun, tidak bagi Honda, apalagi mereka baru saja pisah dengan McLaren pada Desember 2017 lalu.
"Faktanya begitu (menguntungkan pabrikan besar). Kami telah mendiskusikan berulang kali. Dengan tiga mesin, berarti kami hanya memiliki dua kesempatan memperkenalkan pembaruan mesin."
"Kami harus membuat mesin bagus dari awal. Dan jika tidak, hanya memiliki dua kesempatan memperkenalkan mesin baru. Saat ini kami perlu berkonsentrasi pada daya tahan untuk membuat mesin bertahan hingga tujuh balapan," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News