Berdasarkan penjelasan resmi PBSI, hasil undian yang tidak adil tersebut mengacu pada status Jojo yang merupakan unggulan ketiga, namun undian yang ia dapat seharusnya untuk peserta non unggulan.
"Sebagai unggulan ketiga, Jojo, panggilan akrab Jonatan, tidak mendapatkan keuntungan dibandingkan pemain Denmark Anders Antonsen yang menempati seeded keempat," ungkap PBSI.
Lebih lanjut, PP PBSI mengatakan Jonatan yang bakal berlaga di Grup L harus bermain tiga kali di fase grup dan tidak mendapatkan bye di babak 16 besar.
"Sedangkan Antonsen yang bakal berlaga di Grup E hanya bermain dua kali di fase grup dan mendapatkan bye hingga langsung bermain di perempat final. Dengan kata lain, Jojo harus bertanding tujuh kali jika sampai ke final, sementara Antonsen hanya lima kali saja," lanjut PBSI.
Baca juga: Olimpiade Paris: Jojo tidak Diuntungkan dengan Hasil Undian |
Hasil undian tidak bisa diubah
Namun, karena sistem ini telah berjalan dan tidak bisa diubah, PBSI meminta supaya BWF mengatur jadwal pertandingan yang pas supaya waktu antarpertandingan yang dijalani Jojo tidak terlalu padat.
"PBSI juga menyarankan supaya penggunaan sistem pertandingan yang tidak adil seperti ini tidak dipakai lagi pada turnamen-turnamen selanjutnya," katanya.
Respons BWF
Dalam surat elektronik yang diterima PP PBSI, BWF telah memberikan jawaban bahwa kondisi yang tidak menguntungkan Jonatan ini merupakan hasil pengundian atau drawing.
"Namun, mereka berjanji akan melakukan evaluasi soal drawing ini. BWF juga berjanji untuk mengatur jadwal yang pas antarpertandingan. Hal ini agar para pemain di Grup L mendapatkan istirahat yang cukup," pungkas PBSI.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News