Bermain di final sekelas Olimpiade bukan perkara mudah. Memiliki banyak pengalaman tak menjamin untuk seorang atlet bisa memenangkan pertandingan. Butuh mental baja dan dukungan dari orang terdekat guna menjaga ritme permainan terbaiknya. Itulah yang dirasakan Liliyana Natsir ketika dirinya sempat 'goyang' pada pertengahan game kedua.
Beruntung Liliyana berduet dengan Tontowi yang memiliki cara unik agar tandemnya itu bermain konsisten. Termasuk memberikan semangat di tengah-tengah pertandingan melalui bisikan mautnya.
"Pada waktu game kedua, kondisinya itu kami lebih enak untuk menyerang, kalau main bertahan agak kurang aman. Jadi waktu di depan net, bagaimana caranya saya harus menurunkan bola. Tetapi ternyata sudah dijaga oleh lawan, saya yang maksa menurunkan bola, justru jadi mengangkat bola, saya terpancing dan buru-buru,” kata Liliyana.
“Saat itu Owi berkata kepada saya ‘Nggak apa-apa cik, saya siap back-up di belakang. Cik Butet tenang saja jaga di depan. Cici lebih unggul kok (permainan) depannya’," terang Liliyana.
"Kata-kata Owi ini membuat saya makin semangat dan percaya diri. Setelah break, saya rileks saja, toh di game pertama saya sudah menang juga, seharusnya lawan yang under pressure,” ungkap Liliyana.
Kekompakan pasangan yang akrab disapa Owi/Butet ini akhirnya berbuah manis. Tak hanya berhasil meraih satu-satunya medali emas untuk kontingen Indonesia, mereka juga memberi kado terindah untuk HUT RI ke 71.
Selain itu, Tontowi/Liliyana juga memecahkan rekor untuk sektor ganda campuran yang akhirnya sukses mencetak prestasi emas di olimpiade, setelah sebelumnya dua kesempatan emas di final gagal diraih di Olimpiade Sydney 2000 dan Olimpiade Beijing 2008. (badmintonindonesia.org)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News