Pertemuan ini sebenarnya bukan yang pertama buat mereka. Pada Chinese Taipei Open 2019, Fadia/Ribka pernah mengalahkan unggulan keempat dunia tersebut melalui rubber game.
"Tadi game pertama kami lebih banyak keserang terus. Pengin defend tapi kami kurang siap. Pas game kedua udah enak mainnya, sudah antisipasi main no lob, cuma pas akhir-akhir banyak mati sendiri, buru-buru," ungkap Fadia menukil situs resmi PBSI.
"Kami kurang yakin duluan di game pertama. Mau serang atau defend masih ragu-ragu terus. Di game kedua tadi udah mulai mengejar dan ketemu mainnya. Tapi kaminya buru-buru lagi, keserang lagi," imbuh Ribka.
Fadia/Ribka mengaku kurang puas dengan hasil yang diperolehnya. Namun mereka juga mengatakan mendapat banyak pelajaran dari turnamen yang berlangsung di Arena Birmingham, Inggris ini.
"Kurang puas sebenarnya. Harusnya tadi bisa ramai, atau bisa rubber game. Pelajarannya di sini lebih ke lawan-lawannya, karena pasti sudah level atas. Kami banyak mencari pengalaman," kata Fadia.
"Tapi penginnya sih bisa menang juga. Pas masuk lapangan auranya berbeda, jadi merinding saja. Karena waktu kecil nonton (All England) di TV, sekarang bisa main, nanti tahun depan semoga bisa juara," sambungnya.
"Saya enggak menyangka juga bisa ke sini. Dari pas di klub Djarum lihat senior main All England, suka berpikir kapan ya bisa main di sana juga. Terus sekarang dikasih kesempatan, hasilnya baru segini, disyukuri saja," ujar Ribka.
Fadia/Ribka menjadi penutup wakil ganda putri di turnamen ini. Sebelumnya pasangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu sudah kalah lebih dulu di babak pertama. Greysia/Apriyani dihentikan Kim Hye Rin/Chang Ye Na (Korea), dua game langsung 17-21, 15-21.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News