Pencapaian ini terbilang luar biasa karena Fadia tak dalam kondisi terbaiknya secara fisik. Ia mengakui bahwa dirinya masih merasakan sakit pada tumit kirinya, namun ia tetap memaksakan diri untuk bermain dan hal itu membuahkan hasil.
"Bersyukur alhamdulillah bisa juara. Senang dengan keberhasilan hari ini. Tadi pagi sempat ditanya Koh Didi (pelatih Eng Hian), mau mundur atau tetap main? Saya jawab tetap main, meski tumit kiri saya masih sakit. Saya ngotot dan memaksakan diri tetap main," kata Fadia.
"Itu karena rasa ingin menang saya begitu besar, sehingga mampu mengalahkan rasa sakit. Saat main, saya seperti tidak ingat kalau kaki saya sakit. Karena ingin menang utu sangat besar, rasa sakit itu seperti hilang," bebernya.
Fadia mengakui bahwa dirinya dan Apri harus mengubah mentalitas mereka untuk fokus meraih poin demi poin. Ia pun bersyukur dengan gelar juara keduanya tahun ini yang dipersembahkan untuk pelatih dan keluarga.
"Tadi dari awal kita sudah fokus satu demi satu angka, dan terus menekan. Lawan pun terpaksa mengikuti pola permainan kita. Selain itu, kami juga bisa membaca pola permainan yang dikembangkan kawan," ujar Fadia.
"Kemenangan ini saya persembahkan untuk seluruh masyarakat Indonesia yang telah mendukung. Juga untuk pelatih, PBSI, orang tua, dan keluarga. Terima kasih atas dukungannya, sehingga kami bisa juara," tutup Fadia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News