Kekalahan itu otomatis mematikan langkah Hendra/Ahsan lolos ke babak penyisihan. Pasalnya, sehari sebelumnya mereka pun kalah dari pasangan Jepang Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa.
“Hendra/Ahsan tidak bisa keluar dari tekanan, beban memang berat, mereka tidak bisa keluar dari pressure yang ada di dalam diri mereka. Permainan mereka hari ini hanya 50 persen saja. Semua pola yang sudah kami rencanakan tidak bisa berjalan,” ungkap Herry, dilansir situs resmi PBSI, Minggu (14/8/2016).
“Waktu melawan pasangan Jepang, penampilan mereka lebih baik, pola permainannya ada. Tetapi hari ini, dua-tiga pukulan langsung mati, serba salah semua. Hendra/Ahsan banyak membuat kesalahan sendiri, tiap pukulan hati-hati banget,” tambahnya.
Sepanjang berjalannya pertandingan, servis Ahsan dinyatakan fault oleh hakim servis sebanyak tiga kali. Ahsan bahkan sempat memberikan raketnya kepada hakim servis sebagai bentuk protes akan keputusan tersebut.
“Seharusnya Ahsan bisa mengendalikan emosinya. Tetapi tadi saya sudah tanya sama dia di lapangan, dia tidak terpancing, hanya protes saja kok. Dinyatakan fault begini tentu ada pengaruhnya buat Hendra/Ahsan, apalagi mereka sedang unggul, jadi timbul rasa khawatir,” beber Herry.
Herry menuturkan bahwa ia dan Hendra/Ahsan sudah berdialog pasca kekalahan di penyisihan. Mereka juga telah mengevaluasi pernampilan, Herry awalnya menginginkan seberat apapun, Hendra/Ahsan harus bisa mengatasi tekanan.
“Untuk awal-awal pertandingan sih tidak apa-apa tegang, tetapi kalau pertandingan kedua dan ketiga seharusnya sudah nggak tegang lagi. Tetapi ini Olimpiade, saya lihat banyak pemain-pemain senior yang lain juga under pressure, di Olimpiade apapun bisa terjadi. Kejadian ini menjadi pelajaran untuk kami semua, termasuk saya sebagai pelatih,” imbuh Herry. (PBSI)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News