Bersama Greysia, pebulu tangkis 23 tahun itu memenangi final ganda putri atas Chen Qingchen/Jia Yifan, Senin 2 Agustus 2021. Pasangan Tiongkok itu dikalahkan dua game langsung 21-19 dan 21-15. Indonesia pun meraih emas pertama Indonesia di Olimpiade Tokyo hasil keringat keduanya.
Kemenangan yang membuat Indonesia berhasil mempertahankan tradisi emas Olimpiade. Medali Greysia/Apriyani melengkapi pencapaian emas Olimpiade bulu tangkis Indonesia di seluruh nomor.
Namun siapa sangka, kisah Apriyani menjadi pahlawan Merah-Putih di Tokyo berawal dari perjalanan hidup berliku. Pelatih ganda putri Eng Hian sempat mengungkapkan kisah yang terus diingatnya.
Pebulu tangkis asa Konawe, Sulawesi Tenggara, itu pertama kali menginjakkan kaki di Jakarta pada 2013. Apriyani bahkan hanya bermodal raket dan uang saku seadanya ketika datang ke Pelatnas Persatuan Bulu Tangkis Indonesia (PBSI) di Cipayung, Jakarta Timur.
"Cuma Apri yang datang ke saya waktu masuk pelatnas, dia datang dengan cuma punya raket dan uang Rp200 ribu di tangan," kata Eng Hian menukil wawancaranya di situs resmi PBSI.
"Dia bilang dia mau jadi juara, terserah Koh Didi (panggilan Eng Hian) mau kasih program apa, saya siap. Itu dibuktikan sama dia," lanjutnya dalam wawancara yang dilakukan awal 2020 lalu.
PBSI pun sempat kebingungan mencari pasangan untuk Greysia usai rekan sebelumnya Nitya Krishinda Maheswari cedera. Apriyani pun akhirnya ditunjuk menjadi partner baru Greysia setelah sebelumnya tampil bersama Jauza Fadhila semasa di level junior.
"Kenapa Apri pada saat dipasangkan dengan Greysia langsung cocok? Karena kemauannya kuat. Secara teknik, saat itu dia masih jauh ketinggalan dari Greysia. Tapi dia bisa mengimbangi, karena kemauannya mau belajar, mau menangnya kuat," ujar Eng Hian mengisahkan perjuangan Apriyani.
Deretan prestasi diraih Apriyani bersama Greysia sejak awal dipasangkan empat tahun lalu. Mulai enam gelar juara dunia BWF World Tour hingga puncaknya medali emas di Olimpiade Tokyo 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News