Tetap tidak mudah bagi Axelsen untuk menaklukkan Cordon di venue Musashino Forest Plaza. Mantan tunggal putra terbaik asal Denmark itu butuh waktu 40 menit untuk menutup laga dengan skor 21-18 dan 21-11.
Game pertama berlangsung ketat karena raihan poin kedua pemain tidak pernah terpaut terlalu jauh. Tapi, Axelsen mampu lebih konsisten ketika kedudukan imbang 18-18 dengan menyabet tiga poin tambahan secara beruntun untuk menutup game pertama.
Perlawanan Cordon makin kendur pada pertengahan game kedua. Permainan netting-nya jadi kurang bermanfaat ketika pukulan-pukulan pengembalian sering keluar lapangan. Alhasil, Axelsen bisa lebih mudah mendapat poin untuk menyelesaikan laga.
Selebrasi kemenangan Viktor Axelsen atas Kevin Cordon. (Alexander NEMENOV / AFP)

Meski kalah, perjuangan Cordon yang didampingi pelatih asal Indonesia ini tetap patut diapresiasi karena dia sudah melewati batasan dan tradisi bulu tangkis untuk membalikkan prediksi.
Cordon diketahui sudah pernah tampil juga di Olimpiade 2008, 2012 dan 2016. Tapi, bisa ke semifinal merupakan pencapaian terjauh bagi dirinya dan wakil-wakil negara Amerika Tengah lainnya di cabang olahraga (cabor) bulu tangkis Olimpiade.
Kemudian, dia hanya berstatus sebagai tunggal putra ranking 59 dunia yang berusia 34 tahun ketika berangkat ke Tokyo. Sebelum gugur, Cordon sukses menaklukkan lawan yang lebih diunggulkan seperti, Mark Caljouw (Belanda) di babak 16 besar dan Heo Kwang-hee (Korea Selatan) di perempat final.
Selanjutnya, Cordon masih berpeluang membawa pulang medali perunggu jika mampu memenangi laga perebutan tempat ketiga kontra wakil Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting. Sedangkan, Axelsen bakal menghadapi pebulu tangkis Tiongkok Chen Long di final, Senin 2 Agustus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id