"Memilihnya (Ibu Kota baru) tak mudah," kata Kalla di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa, 30 April 2019.
Kalla mengatakan pemerintah telah menyepakati beberapa kriteria. Salah satunya, daerah itu harus minim risiko terkena bencana alam seperti gempa dan tsunami. "Jadi pasti bukan di pesisir selatan, Sumatera atau apa, karena itu ring of fire," ujar dia.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Kalla menekankan daerah yang akan menjadi Ibu Kota nantinya harus aman, dan posisi geografisnya harus berada di tengah wilayah Indonesia.
Kalla sempat mengusulkan Mamuju, Sulawesi Barat saat rapat terbatas pemindahan Ibu Kota. Menurut Kalla, Sulawesi merupakan daerah yang relatif aman dari bencana. Namun, kata dia, tak ada lahan kosong di Sulawesi. Sebab, dibutuhkan sekitar 60 ribu hektare lahan kosong untuk membangun pusat pemerintahan. "Ada lagi yang siap, ada bahaya patahan-patahan di situ. Jadi syaratnya berat memang," kata dia.
Baca: 10 Syarat Ibu Kota Bisa Dipindah Menurut Jusuf Kalla
Hal yang musti diperhatikan lagi saat memindahkan Ibu Kota yakni bagaimana membuat Istana Kepresidenan. Istana dinilai penting untuk menunjang kegiatan-kegiatan Presiden. Misalnya, menyambut tamu negara, dan tempat tinggal.
"Ya bisa saja, tentu ada kediaman Presiden yang dikatakan Istana, masa Presiden mau ngontrak rumah. Apalagi tempat upacara-upacara, pasti ada istana seperti itu," ujar dia.
Saat ini, ada enam Istana Kepresidenan yang sudah terbangun, yakni Istana Negara dan Istana Merdeka di Jakarta, Istana Bogor di Bogor, Istana Cipanas di Cipanas, Istana Tampaksiring di Bali, serta Istana Gedung Agung di Yogyakarta.
Presiden Jokowi selama ini lebih banyak bekerja di Istana Negara dan Istana Merdeka. Mulai dari rapat dengan menteri Kabinet Kerja, hingga menerima tamu negara. Sesekali, dia bekerja di Istana Bogor, yang juga saat ini sebagai tempat tinggalnya.
(AGA)