"Karena sebagai ruang yang besar, hal ini akan memunculkan tranformasi digital yang masif, jadi ke depan kita akan melihat fenomena-fenomena politik dari kandidat melakukan transformasi alat peraga kampanye," kata Nurdiansyah dalam progam Kenal Politik (Kepo) Medcom.id, yang dikutip pada Minggu, 31 Juli 2022.
Menurut dia, salah satu yang menarik dari era digital adalah transformasi alat peraga kampanye para kandidat. Para calon, kata dia, akan berlomba-lomba membuat konten menarik untuk menyedot suara anak muda.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Yang secara umum (kampanye melalui) spanduk, sekarang sudah dimulai dengan adanya konten-konten Tiktok dan konten lainnya," kata dia.
Nurdiansyah menyebut fenomena ini yang meyakinkan jika digital akan memudahkan anak muda untuk menentukan sosok calon pemimpin. Apalagi, dalam memilah kandidat, anak muda cukup mencari refrensi kandidat lewat digital.
Baca: Pemilih Milenial Disebut Tak Peduli Politik Identitas |
Dia mengatakan berdasarkan analisis lembaganya, ada dua poin penting yang berkaitan dengan aktivitas politik dan Pemilu 2024. Pertama, percepatan informasi yang mendorong sebuah aspek viralitas yang akan semakin cepat.
"Aspek viralitas ini juga yang pada dasarnya selain berdampak baik, ini juga berdampak pada mata pedang yang tajam dikeduanya, karena bisa jadi dari aspek viralitas ini anak muda akan berubah dari konteks politiknya. Dan dampak terburuknya pada golput dan sebagainya," kata dia.
Kedua, kata dia, disinformasi atau hoaks. Fenomena alter ego yang berkembang di Barat dinilai sangat memungkinkan terjadi di Indonesia pada Pemilu 2024.
"Alter ego ini semacam fenomena di mana seseorang mampu mengubah kepribadiannya dalam berinteraksi di sosial media," kata dia.