"Enggak (sampaikan agendannya), dia cuma bilang pamit saja ke Amerika," ujar Ketua Harian DPP Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad di Kompleks Parlemen, Rabu, 25 November 2020.
Percakapan tersebut terjadi dua hari sebelum Edhy berangkat. Komunikasi Dasco tersebut menjadi yang terakhir sebelum Edhy terkena operasi tangkap tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Rabu dini hari, 25 November 2020.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"(Komunikasi dengan Edhy) dua minggu atau 12 hari yang lalu. Saya lupa," tutur Dasco.
Baca: Prabowo Subianto Menanti Keterangan KPK Soal Edhy Prabowo
Dasco juga mengaku tidak mengetahui 30 perusahaan yang diduga terlibat tindak pidana korupsi (tipikor) izin ekspor benur (benih lobster) yang terafilisasi dengan Partai Gerindra. Sejauh ini, belum ada kader yang diperiksa KPK.
"Kabar (penangkapan Edhy) soal ini saja kita dengar dari media," ungkap Dasco.
Partai Gerindra belum menentukan sikap terkait kadernya yang diduga terlibat rasuah. Nasib Edhy akan ditentukan setelah KPK mengeluarkan pernyataan resmi.
"Kami dari Partai Gerindra belum bisa berkomentar lebih jauh, kami masih menunggu informasi yang valid dari KPK," jelasnya.
Baca: KPK Juga Menangkap Keluarga Menteri Edhy Prabowo
KPK menangkap Edhy di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, pada pukul 01.23 WIB, Selasa, 25 November 2020. Politikus Gerindra itu diduga terlibat korupsi ekspor benih lobster.
KPK turut memboyong keluarga Edhy. Lembaga Antirasuah membutuhkan waktu 1x24 jam untuk menentukan status pihak-pihak yang ditangkap. Status mereka bakal diumumkan melalui konferensi pers.
(SUR)