"Sejauh ini rekayasa itu tidak ada dan tidak terlihat," kata Oce dalam diskusi virtual bertajuk 'Evaluasi dan Prospek Hukum dan Demokrasi: Mungkinkah KPK Hidup Kembali?', Minggu, 29 November 2020.
Menurut Oce, isu tebang pilih dalam menjerat koruptor sudah berhembus sejak awal KPK berdiri. Isu itu kerap diutarakan oleh pihak-pihak tertentu ketika pelaku yang terjerat berasal dari partai politik tertentu.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Dalam banyak kasus, KPK juga masuk pada kelompok politik yang sedang berkuasa atau tidak berkuasa. Jadi yang sedang berkuasa juga ada kasusnya, yang tidak berkuasa juga ada," terang dia.
Tertangkapnya mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo dalam operasi tangkap tangkap (OTT) sebagai bukti tak ada rekayasa dalam kasus yang diusut KPK. Isu tebang pilih tokoh politik tertentu menjadi terbantahkan.
Baca: Kasus Menteri Edhy Dianggap Momentum Reshuffle Kabinet
Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya sikap defensif yang ditunjukkan Edhy Prabowo. Politikus Partai Gerindra itu langsung meminta maaf usai ditangkap.
"Kalau kita lihat ketika ditangkap langsung minta maaf kepada presiden, partai, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebagai insitusinya. Dia juga tidak membuat cerita-cerita yang unik," ucap Oce.
Oce juga menyinggung politikus yang kerap membela diri atau membuat cerita karangan tertentu untuk terhindar dari jeratan Lembaga Antikorupsi. Ia merujuk cerita luka segede bakpao mantan Ketua DPR Setya Novanto yang membuat pengacaranya Fredrich Yunadi terseret kasus.
"Sampai yang bikin cerita itu dipidana," ucap Oce.
(SUR)