"Kalau kaitannya dengan pemilu tidak ada, tapi kelompok militan ini target utamanya tetap Polisi. Mereka memanfaatkan momentum apa pun (pemilu). Kalau ada peluang akan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk menjalankan aksi terornya," kata Divisi Humas Mabes Polri Karopenmas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Kantor Metro TV, Kedoya, Jakarta Barat, Kamis 4 April 2019.
Dedi menambahkan aparat kepolisian, khususnya Densus 88 dengan Satgas Antiteror dan Radikalisme, terus melakukan upaya pencegahan untuk meredam pergerakan teroris. Pemantauan, lanjutnya, dilakukan berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun dari penangkapan sebelumnya.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Kita melakukan penegakan hukum terhadap jaringan JAD (Jamaah Ansharud Daulah), baik pascakejadian Sibolga, maupun pas kita melakukan penangkapan di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, maupun Jawa Timur," ujar Dedi.
Baca: Istri Terduga Teroris Meledakkan Diri dengan Bom Lontong
Polisi tidak ingin meremehkan pergerakan teroris saat hari pencoblosan. Terlebih, kata Dedi, mereka biasa memanfaatkan momen-momen seperti itu. "Kemungkinan itu bisa terjadi. Tidak hanya melihat momentum pemilu tapi kapan pun bisa melumpuhkan aparat kepolisian," tutur Dedi.
Pergerakan teroris saat ini sudah terdeteksi oleh Densus 88 dan Satgas Antiteror. Namun, tambah Dedi, belum diketahui kapan akan dilakukan. "Kita sudah mendeteksi mereka akan melakukan rencana-rencan amaliyah. Memang sasaran utamanya adalah aparat keamanan, khususnya kepolisian," ucap Dedi.
Untuk itu kepolisian terus menggali informasi dari berbagai sumber. Polisi tidak mau kecolongan saat pemilu nanti. "Kita sudah melakukan mapping dan pendeteksian, kita memonitor terus pergerakan semua sel, sleeping cell, kita terus menjaring dari media sosal," katanya.
(YDH)