Peneliti Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Andi Pangerang, menyebut ada tiga faktor yang menyebabkan fenomena ini. “Lintang geografis, posisi relatif matahari atau deklinasi, dan perata waktu,” ujarnya dalam tayangan Newsline di Metro TV, Kamis, 27 Januari 2022.
Secara umum, lamanya waktu tenggelamnya matahari terjadi ketika sumbu rotasi di kutub dan belahan utara bumi miring ke arah matahari. Biasanya hal ini juga terjadi saat solstis Juni, dimana setiap 20-21 Juni matahari berada paling utara di tengah hari.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Selain itu, Indonesia juga mengalami fenomena ekuiluks. “Ekuiluks merupakan sebuah fenomena astronomis ketika durasi siang dan malam hari sama-sama 12 jam,” jelas Andi.
Sebanyak 36 kota di Indonesia diprediksi akan mengalami ekuiluks selama dua kali dalam setahun, yakni pada 15 Oktober dan 18 November mendatang.
Andi memastikan, fenomena ekuiluks dengan lamanya waktu matahari terbenam tidak memiliki keterkaitan. Keduanya juga tak berpengaruh signifikan terhadap kehidupan di bumi. (Nurisma Rahmatika)