"Jadi saya kira masyarakat harus diajak belajar bersama-sama bahwa pandemi ini tidak tahu kapan selesainya. Oleh karena itu kita harus punya keberanian," kata Wali Kota Malang, Sutiaji, Rabu, 25 November 2020.
Baca: Pemprov Jatim Matangkan Teknis Pembelajaran Tatap Muka
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Pemkot Malang sendiri sebelumnya telah menggelar sosialisasi kepada pihak sekolah dan orang tua siswa terkait pemberlakuan sekolah tatap muka sejak Juli 2020 lalu. Bahkan, survei pun juga telah dilakukan
"Kami sudah melakukan survei kepada masyarakat, sebanyak 73 persen menghendaki sekolah tatap muka dan 16 persen tidak menghendaki tatap muka. Sisanya itu 50:50, sebagian tatap muka dan sebagian daring," jelasnya.
Dari hasil survei dan sosialisasi itu, Sutiaji menyimpulkan bahwa Kota Malang sudah siap memberlakukan sekolah tatap muka. Hanya saja, perlu ada peningkatan terkait kedisiplinan bila sekolah tatap muka diterapkan.
"Pak Jokowi pernah mengatakan bahwa antara gas dan rem harus imbang. Maka saya kira menyambut dengan baik dan kami sudah melakukan simulasi dulu di SMP 8, SMP 5, SMP 3 dan SD juga," ungkapnya.
Di sisi lain, Sutiaji mengaku kesiapan sekolah pun sudah bagus jelang pembelajaran tatap muka. Mulai dari memiliki thermo gun, wastafel, sterilisasi seminggu sekali, tempat duduk yang dijarak dan lain sebagainya.
"Secepatnya diberlakukan. Tidak menunggu ajaran baru. Jadi bukan ajaran baru, bukan semester depan, ya semester ini," ujarnya.
Sementara Wakil Wali Kota Malang, Sofyan Edi Jarwoko, mengatakan ada beberapa aspek yang harus diperhatikan untuk pemberlakuan sekolah tatap muka. Salah satunya persetujuan wali murid.
"Kedua persetujuan gugus tugas dan persiapan yang matang dari masing-masing lembaga sekolah. Alhamdulillah persiapan sudah cukup lama, secara teknis proses belajar sudah ada kejelasan," kata Sofyan.
Sofyan menjelaskan teknis sekolah tatap muka nantinya akan berbeda dengan sebelum pandemi. Salah satunya, siswa bersekolah hanya untuk belajar dengan waktu yang lebih pendek dan tidak disediakan waktu istirahat.
"Karena 1 kelas bisa dijadikan 2 gelombang. Gelombang pagi separuh kelas, berikutnya separuh kelas. Jadi anak ini nggak ada kesempatan istirahat sepeti hari-hari normal, kemudian dia langsung pulang," ungkapnya.
(DEN)