"Berdasar informasi yang kami terima sore ini dari pengamat hujan di Kabupaten Timor Tengah Utara, hujan es (hail) terjadi pada hari ini, Jumat, 23 Oktober 2020 di Eban, Kecamatan Miomafo Barat pada sekitar pukul 14.30 Wita," kata Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Kelas II Kupang, Apolinaris Geru, di Kupang, NTT, Jumat, 23 Oktober 2020.
Proses pembentukan adalah melalui kondensasi uap air lewat pendinginan di atmosfer pada lapisan di atas level beku. Dia mengungkap, es yang terjadi pada proses tersebut kerap berukuran besar.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Karena ukurannya, walaupun telah turun ke arah yang lebih rendah dengan suhu yang relatif hangat, tidak semua es mencair," jelasnya.
Baca: BMKG Ungkap Sebab Fenomena Hujan Es
Menurut dia, hujan es dapat juga terjadi karena pembekuan. Yakni uap air lewat dingin tertarik ke permukaan benih-benih es.
"Karena terjadi pengembunan yang mendadak, maka terbentuklah es dengan ukuran yang besar," terangnya.
Dia mengatakan, hujan es tidak hanya terjadi di negara subtropis. Tetapi juga bisa terjadi di daerah equator.
Kejadian hujan lebat dan hujan es (hail) disertai kilat/petir dan angin kencang berdurasi singkat sering terjadi pada masa pancaroba. Sementara hujan es yang disertai angin kencang berasal dari jenis awan bersel tunggal berlapis-lapis (cumulonimbus/Cb) di dekat permukaan bumi.
Proses ini juga bisa berasal dari awan multisel yang pertumbuhannya secara vertikal dengan luasan area horizontal sekitar 3-5 km. Hujan es proses ini kerap terjadi singkat antara 3 - 5 menit hingga maksimal 10 menit.
"Hujan es yang terjadi melalui cara ini bersifat lokal dan tidak merata lantaran awan berlapis-lapis menjulang secara vertikal sampai ketinggian lebih dari 30 ribu kaki," jelasnya.
(LDS)