Berpakaian olahraga sekolah, anak-anak mencium tangan kedua guru mereka yang datang usai 2 pekan tak bersua. Semangat menuntut ilmu terpancar dari wajah siswa-siswi SDN 3 Jugosari setelah sekitar dua pekan tak bersekolah pasca-diterjang bencana erupsi Gunung Semeru.
Jembatan Lipas Jugosari yang biasa mereka lewati menuju Dusun Sumberlansep terputus diterjang banjir lahar gunung semeru. Sebanyak 33 anak pun terisolasi dan tak bisa berangkat sekolah.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Atas inisiatif pribadi, beberapa guru SD di Lumajang, Jawa Timur, nekat menantang bahaya dengan menyeberangi jalur lahar yang berarus deras dengan menaiki eksavator.
Baca juga: BPBD Bangka Petakan Daerah Rawan Bencana Banjir
Eriwati, guru SDN 3 Jugosari mengungkapkan pengalaman pertamanya menaiki alat berat.
"Sebenarnya takut, karena jalurnya juga rusak. Tapi perrjuangan ini kami lakukan demi menemui anak-anak yang tidak bisa bersekolah karena jembatannya putus," ungkapnya, di sela-sela mengajar di salah satu teras rumah warga.
"Anak-anak, bahkan orang tua juga tidak berani menyeberang. Jadi kami yang datang ke sini menemui anak-anak agar tetap bisa belajar dan tidak ketinggalan," lanjut dia.
Eriwati mengaku terharu dengan semangat anak-anak yang menunggu kedatangannya untuk belajar. Di tepi sungai, para siswa menantinya kendati terhadang medan yang terjal.
Baca juga: Prajurit TNI Diserang Kelompok Bersenjata saat Bangun Jembatan
Zahira, salah seorang murid SDN 3 Jugosari, tampak tersenyum bahagia bisa kembali bersekolah meskipun dengan kondisi terbatas.
"Hari ini kami bisa sekolah lagi, karena sudah dua minggu tidak dapat belajar karena jembatannya rusak," tuturnya.
Zahira dan anak-anak dusun Sumberlansep berharap akses jembatan bisa segera diperbaiki, agar ia dan teman-temannya bisa dengan mudah menjangkau sekolah.
Di sisi lain, jembatan limpas Jugosari merupakan akses satu-satunya bagi warga Dusun Sumberlangsep untuk keluar masuk dusun. Sebanyak 125 kepala keluarga hingga saat ini masih terisolasi.