Sabri Saidam, anggota Komite Sentral Fatah, menuding Joe Biden telah "menyerah" kepada langkah-langkah "penindasan" yang dilakukan Israel terhadap masyarakat Palestina.
"Kepemimpinan Palestina menginginkan tindakan nyata, bukan kata-kata saja, dari pemerintahan Biden," ucap Saidam kepada kantor berita Anadolu Agency dan dilansir Yeni Safak, Rabu, 26 Januari 2022.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Ia menyebut Palestina memandang pemerintahan Biden sebagai "generasi kedua" dari "Perjanjian Abad Ini," merujuk pada proposal perdamaian yang diajukan Trump untuk mengakhiri konflik Israel-Palestina. Palestina menolak keras proposal tersebut.
Saidam mengatakan, Washington di bawah Biden hanya menawarkan "lip service" tanpa adanya perubahan konkret dalam hal kebijakan, dengan pengecualian soal kembalinya dukungan finansial terhadap Agensi PBB untuk Pengungsi Palestina atau UNRWA.
US adalah donor terbesar UNRWA, namun pendanaannya dipangkas Donald Trump di tahun 2018. Biden memulihkan pendanaan tersebut tahun lalu.
UNRWA menyokong kehidupan ribuan Palestina di Tepi Barat, Jalur Gaza, Yordania, Suriah, dan Lebanon. Bantuan diberikan dalam bentuk kegiatan sekolah, layanan kesehatan dan ketahanan pangan.
"Ada hal positif secara verbal dalam hubungan kami dengan AS," tutur Saidam. "Tapi apa yang kita lihat sejauh ini hanya kata-kata, tapi hasilnya nol," sambung dia.
Menurut Saidam, apa yang paling diminta Palestina adalah meluncurkan kembali proses perdamaian dengan Israel dengan berbasis pada Solusi Dua Negara (Two-State Solution).
Dialog damai antara Palestina dan Israel berakhir di tahun 2014 karena Tel Aviv menolak membebaskan sejumlah narapidana. Israel juga menolak menghentikan proyek permukiman ilegal di tanah Palestina.
Saidam mengatakan, Biden memang mendukung kelanjutan dialog damai Israel-Palestina, tapi sejauh ini belum ada langkah-langkah praktis dan nyata.
Baca: Biden Janji Bantu Bangun Kembali Gaza