"Melihat situasi terkini di kawasan, UEA menyerukan semua pihak untuk menahan diri dalam upaya menghindari instabilitas serta meminimalisasi ancaman terhadap perdamaian," kata Kementerian Luar Negeri UEA di Abu Dhabi pada Minggu, 29 November 2020.
Dilansir dari laman RT, UEA menyebut pembunuhan terhadap Fakhrizadeh sebagai aksi "keji" yang dapat memicu lebih banyak konflik di Timur Tengah. UEA menyerukan pihak-pihak terkait untuk berusaha maksimal dalam memastikan stabilitas di kawasan.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Kemenlu Yordania juga menyampaikan kecaman dan seruan serupa. Jubir Kemenlu Yordania menekankan "pentingnya menggabungkan semua kekuatan dalam upaya menurunkan keterangan, mencegah eskalasi di kawasan, serta melindungi keamanan dan stabilitas."
Baca: Ayatollah Ali Khamenei Mengancam, Kedubes Israel Siaga Keamanan
UEA telah menandatangani perjanjian historis dengan Israel yang dimediasi Amerika Serikat pada September lalu. Perjanjian itu akan membuat Abu Dhabi mendapatkan akses untuk membeli lebih banyak senjata dari Washington, yang semakin meningkatkan ketegangan dengan Iran.
Iran telah bertekad melancarkan "balas dendam keras" atas pembunuhan Fakhrizadeh. Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan pihak-pihak lainnya menyerukan langkah menahan diri terhadap Teheran.
Pada 2018, Israel mengklaim bahwa Fakhrizadeh pernah memimpin proyek pengembangan senjata nuklir bernama Amad. Namun selama ini Iran berulang kali menegaskan bahwa mereka hanya mengembangkan nuklir untuk kepentingan damai.
Agensi Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan bahwa program Amad telah berakhir di awal era 2000-an.
Mobil yang membawa Fakhrizadeh diserang di Desa Absard, 60 km timur laut Teheran, pada Jumat sore. Saksi mata menyebutkan sebuah ledakan terjadi ketika kendaraan Fakhrizadeh melintas di jalan desa tersebut, yang kemudian diikuti penembakan.
(WIL)