Punya trauma masa lalu menjadi alasan ibunda Badai melarang anak sang anak terjun ke dunia politik. Sebagai istri seorang birokrat, ibunda Badai punya pengalaman tak mengenakkan terhadap dunia politik.
"Nyokap ada trauma sendiri sama dunia politik, bokap gue kan dulu bekas pejabat eselon dua, PNS juga dia punya cerita sendiri. Mungkin dia dulu lihat bokap segala macam, ya benar kata nyokap gue juga, politik kejam, dia sering bilang ‘ngapain kamu ke politik, sudah jadi seniman saja. Mama lebih senang dengar lagu kamu'," kata Badai di Jakarta.
Pelan-pelan tapi pasti, Badai berusaha meyakinkan sang ibu jika dia bisa menjadi politisi berbeda. Apalagi, Badai kerap menunjukkan suara vokalnya terhadap masalah hak cipta musisi.
"Karena dari 2014 dia lihat gue sering bicara soal keresahan gue di industri musik. Dia akhirnya kasih izin ‘ya sudah boleh asal masuk ke partai yang benar’. Artinya jalannya yang benar," ucap Badai.
Mantan personel band Kerispatih mengakui banyak anggapan mengenai kerasnya dunia politik Tanah Air. Ditambah lagi tentang kiprah para artis yang dianggap hanya pemanis ketika menjadi anggota DPR. Namun, Badai justru ingin artis harus lebih banyak masuk menjadi anggota parlemen.
"Salah satu keinginan saya adalah memperbanyak seniman di parlemen, tapi enggak cuman banyak aja harus bisa berkontribusi. Makanya gue mau ubah stigma menjadi lebih baik. Menurut gue salah satu fungsi seniman di parlemen adalah untuk kemaslahatan para pekerja seni," tandasnya.
Badai kebetulan berada dalam partai dengan Giring Ganesha yang juga sebelumnya dikenal sebagai musisi. Meski tak diajak langsung oleh Giring untuk bergabung, Badai memuji mantan vokalis band Nidji itu.
"Sejujurnya Giring adalah contoh yang baik buat gua. Gue dulu sama Nidji pernah tur bareng dan enggak nyangka dia sekarang jdi ketua umum partai. Lalu literasinya di politik menurut gue sekarang sangat bagus, energi Giring ini sangat bagus," kata Badai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
