Secara terbuka, aktris asal Amerika Serikat ini mengakui dirinya mengidap bipolar, depresi, dan kecanduan obat. Namun, ia tidak menyerah. Ia bahkan sering membantu orang yang mengalami masalah serupa.
Dalam kolom bertajuk Ask Carrie Fisher di The Guardian, Fisher sering melakukan sesi tanya jawab seputar gangguan mental. Seorang pria bernama Alex bertanya, "Apakah Anda menemukan cara untuk merasa damai, bahkan ketika otak sedang dalam keadaan jungkir balik?."
Fisher pun menjawab, "Kami diberikan penyakit menantang, dan tak ada pilihan selain memenuhi tantangan tersebut. Anggap saja ini kesempatan untuk menjadi heroik. Aku belajar mengatur emosiku saat serangan heroik itu terjadi. Dan sangat penting untuk menemukan komunitas, walau kecil, untuk berbagi pengalaman dan kebersamaan."
Fisher, dalam sebuah wawancara mengaku baru tahu dirinya mengidap bipolar pada usia 24. Ia sempat tak bisa menerima kondisinya hingga menjelang 30, tepatnya setelah selamat dari overdosis narkoba dan kecanduan alkohol.
Perjuangan Fisher melawan penyakit mental dituangkan dalam beberapa buku, termasuk Postcards From the Edge. Dalam buku tersebut, dikatakan ia mampu mengendalikan penyakitnya dengan terapi obat, dari mulai minum lithium hingga terapi yang disebut electroconvulsive untuk depresi.
Dalam bukunya yang lain, Shockkoholic, Fisher mengaku menemukan harapan, dan ia ingin menghadapi penyakitnya.
Carrie Fisher telah tiada. Ia meninggal dunia di usia 60 tahun, Selasa (28/12/2016), pada pukul 08.55 waktu setempat.
Kematiannya hanya berselang beberapa hari setelah mengalami serangan jantung dalam penerbangan dari London menuju Los Angeles, Jumat lalu. Selama beberapa hari, Fisher sempat dirawat di pusat medis UCLA, Los Angeles.
Carrie Fisher pulang dari London usai mempromosikan buku terakhirnya yang berjudul The Princess Diarist.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News